Sudahi Kebohonganmu, Mari Bersikap Bodoh Amat!
Judul Asli | : | The Subtle Art of Not Giving a F*ck |
Judul | : | Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat | Pendekatan yang Waras Demi Menjalani Hidup yang Baik |
Penulis | : | Mark Manson |
Penerjemah | : | F. Wicaksono |
Penerbit | : | PT. Gramedia Widiasarana Indonesia |
Cetakan ke- | : | 3 |
Tahun Terbit | : | 2018 |
Tempat Terbit | : | Jakarta |
ISBN | : | 978-602-452-698-6 |
Tebal Buku | : | vii + 246 halaman |
Oleh: Yusri Kamilatul Huda
Berita Baru, Resensi – Mark Manson, pengarang asli buku Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat, adalah seorang blogger dengan jutaan pembaca. Dia tinggal di kota New York, Amerika Serikat. Buku ini adalah buku pertama yang dia rilis.
Melalui buku Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat, Mark Manson mengajak pembaca untuk berani meninggalkan delusi-delusi fiktif yang hanya akan membuat hati dan pikiran semrawut. Berani untuk jujur pada diri sendiri dengan cara menerima segala kekurangan diri tanpa mengesampingkan proses untuk menjadi lebih baik. Berani untuk bersikap bodoh amat tanpa harus menjadi orang yang acuh tak acuh.
Buku ini terdiri dari Sembilan (9) bab. Setiap bab mempunyai nama yang bisa dibilang unik dan memikat. Contohnya saja, ada Bab Jangan Bahagia, Bab Kebahagiaan itu Masalah, Bab Anda Tidak Istimewa, Bab Pentingnya Berkata Tidak, dan lain sebagainya.
Hampir semua pembahasan di setiap bab selalu diawali dengan kisah atau cerita-cerita pendek yang bersesuaian. Terlepas dari fakta apakah kisah tersebut nyata atau fiktif, tapi melaluinya Mark Manson berhasil membuat buku ini menjadi semakin menarik untuk dibaca.
Mark mengawali buku ini dengan kisah Charles Bukowski, seorang pecandu alkohol, senang main perempuan, pejudi kronis, kasar, dan kikir yang kemudian berhasil menjadi penyair dan penulis terkenal. Akan tetapi, meskipun sudah menjadi orang yang terkenal, sifat-sifat buruk Bukowski masih melekat padanya. Dia tidak berusaha untuk menjadi orang lain. Dari ceritanya ini, Mark kemudian menjelaskan apa yang bisa dia pelajari dari Bukowski.
Menurut Mark, seni untuk bersikap Bodo Amat itu ada tiga (3), yakni 1) masa bodoh bukan berarti menjadi acuh tak acuh; masa bodoh berarti nyaman saat menjadi berbeda, 2) untuk bisa mengatakan “bodoh amat” pada kesulitan, pertama-tama kamu harus peduli terhadap sesuatu yang jauh lebih penting dari kesulitan, dan 3) entah kamu sadari atau tidak, kamu selalu memilih suatu hal untuk diperhatikan.
Inti dari buku ini adalah membantu pembaca agar berpikir sedikit lebih jelas dalam memilih mana yang penting dalam hidup dan mana yang sebaliknya. Buku ini mematahkan stigma bahwa tidak sempurna itu memalukan yang selama ini menjadi sumber tumbuhnya lingkaran setan pada kehidupan manusia. Cuek dan masa bodoh adalah cara sederhana untuk mengarahkan kembali ekspektasi hidup manusia dan memilih apa yang penting dan apa yang tidak.
Secara keseluruhan, buku Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat ini sangat menarik dan bermanfaat untuk dibaca, apalagi oleh orang-orang yang sudah mulai “kehilangan arah”. Judul buku yang menimbulkan banyak spekulasi dan pertanyaan juga menambah daya tarik buku ini. Buku ini disuguhkan dengan bahasa dan pembahasan yang anti-mainstream sehingga berhasil menjadi buku terlaris versi New York Times dan Globe and Mail.
Namun, kekurangan dari buku ini adalah banyak sekali kata-kata dan humor yang bersifat abstrak sehingga sulit dimengerti oleh orang awam. Buku ini juga sama sekali tidak menyertakan gambar atau foto yang bisa menjadi alat visualisasi dari pembahasan yang ada.
Terakhir, sebagai kesimpulan, menurut saya buku ini worth it untuk dibeli dan dibaca. Hal lain yang bisa saya ambil setelah membaca buku ini adalah kita sebagai manusia tidak diciptakan dengan sempurna.
Itu adalah kodrat. Jangan terlalu memaksakan diri untuk menjadi sempurna dengan terus-menerus memikirkan semua hal dan membohongi diri sendiri dengan segala ekpektasi yang dibuat sendiri. Pikirkan saja hal-hal yang penting. Sisanya, biarkan saja. Mari belajar bersikap bodoh amat. Bersikap bodoh amat itu gapapa.