Puisi D Zawawi Imron untuk KH Wahab Chasbullah dan Komite Hijaz
Manaqib Singkat KH Wahab Chasbullah dalam Komite Hijaz
Selembar daun kering pun tak akan gugur ke bumi tanpa izin Allah
Tapi, yang akan saya kisahkan ini bukan sekadar daun kering yang gugur
Tapi, soal arah dan keyakinan
Adalah soal kiblat
Bagaimana kalau para pecinta dilarang ziarah ke makam-makam
para pahlawan Islam
Di samping saat itu tersebar kabar rencana penggusuran situs-situs
warisan peradaban Islam
Dan yang terasa sangat menyakitkan kalau benar terjadi ialah
penggusuran terhadap makam suci Rasulullah saw
Cinta agama terasa terusik
Cinta kepada Rasulullah terasa dilukai
Tahun 1926 bagi umat Islam Ahlissunnah wal Jamaah adalah tahun kecemasan
Adalah tahun kekhawatiran
Maka berkumpullah para ulama sejati di Surabaya
Untuk mencermati perubahan paham
Para ulama adalah ahli waris Nabi yang tidak boleh dunia terjerumus ke lembah kesesatan
Dalam kekhawatiran seperti itu
Terpilihlah
Dan ditampilkanlah ulama muda yang sangat cerdas saat itu
Sekali lagi ulama muda yang sangat kreatif saat itu
Yang tidak lain adalah almaghfurlah KH Abdul Wahab Chasbullah
Beliau pengemban amanah dari Komite Hijaz
Yang berangkat ke tanah Arab
Untuk meluruskan masalah
Agar penguasa Makkah dan Madinah yang baru kembali menghormati paham Ahlussunnah wal Jamaah
Inilah peran Nahdlatul Ulama dengan mengurus KH Abdul Wahab Chasbullah
Yang terkenal cerdas dan peduli kepada umat
Kiai Wahab lincah daya pikirnya dalam renungan jiwanya
Serta tangkas permainan politiknya
Orang boleh berpaham yang berbeda
Tapi jangan ganggu keyakinan umat
Hari ini kita berkumpul di sini untuk mengenang sejarah
Dan bisa disimpulkan bahwa Komite Hijaz adalah sikap tegas
Nahdlatul Ulama terhadap masalah internasional
Dan kejadian itu
Terjadi pada zaman penjajahan
19 tahun sebelum Indonesia merdeka
Komite Hijaz yang aktornya adalah KH Abdul Wahab Chasbullah
Beliau adalah singa kebenaran
Yang mengajarkan sikap tegas dan pantang menyerah
KH Wahab Chasbullah adalah api
Tapi bukan sembarang api
Mbah Wahab adalah api yang menyala-nyala
Mbah Wahab adalah semangat yang berkobar-kobar
Siapa yang memungut apinya akan menyala dan berkobar untuk
melanjutkan perjuangan beliau
demia kejayaan Islam Nusantara
Siapa yang tidak mengambil semangat beliau
Hanya mendapatkan abunya
Tidak akan semangat dan akan malas untuk berjuang
Hidupnya akan melempem seperti kerupuk yang tak enak dimakan
Pertanyaannya sekarang
Kita yang berkumpul di sini akan mengambil apinya yang menyala
Atau ingin menjadi kerupuk yang melempem
Silakan
Inna hadainahus sabiila, imma syakiron wa imma kufuron
Nahdlatul Ulama..
Kita bangkit bersama ulama
Kenapa bintang jumlahnya banyak
Yang 9 terang berseri Kenapa kita ikut ulama
Karena ulama ahli waris Nabi
Hubbul wathon minal iman
Cinta kepada tanah air adalah bagian dari iman
Kenapa kita harus cinta kepada bangsa dan tanah air
Kita semua minum air Indonesia
Menjadi darah kita
Kita makan beras dan buah-buahan Indonesia
Menjadi daging kita kita menghirup udara Indonesia
Menjadi nafas kita
Kita bersujud di atas bumi Indonesia
Berarti bumi Indonesia adalah sajadah kita
Dan bila saatnya kita mati
Kita semua akan tidur dalam pelukan bumi Indonesia
Daging kita yang hancur membusuk akan bersatu kembali dengan
harumnya bumi Indonesia
Jombang cintaku
Tambakberas sayangku
Jejakku ku tinggal di sini
Tapi senyummu ku bawa pergi
Jombang, 5 Februari 2023
Puisi ini tayang di laman NU Online pada Senin 6 Februari 2023 dengan judul “KH Zawawi Imron Ciptakan Puisi untuk KH Wahab Chasbullah dan Komite Hijaz”