Perayaan Imlek 2022 Umat Thionghoa Gresik, Perkuat Moderasi Beragama
Berita Baru, Gresik – Perayaan tahun baru Imlek 2573 Kongzili jatuh pada Selasa (1/02). Tradisi pergantian tahun itu diperingati oleh warga thionghoa di Gresik dengan sembahyang dan doa bersama di Kelenteng Kim Hin Kiong di Jalan Setiabudi, Kecamatan Gresik.
Tanpa perayaan Barongsai dan kembang api, perayaan Imlek umat Konghucu di kota pudak tahun ini justru sangat kental dengan nuansa penguatan toleransi dan moderasi agama. Betapa tidak, sebelum puncak sembahyang dan doa bersama menyambut tahun baru Imlek 2022, sejumlah tokoh lintas agama dari Forum Masyarakat Cinta Keberagaman (Formagam) Gresik, serta organisasi kepemudaan antara lain, PC GP Ansor Gresik, Banser dan Gusdurian bersilaturahmi ke pengurus Klenteng.
Ketua Formagam Gresik, Djoko Pratomo mengatakan, momen tahun baru Imlek tahun 2022 memiliki makna khusus, karena jatuh pada tahun toleransi yang dicanangkan oleh kementerian agama (Kemenag). Sebab itu, nuansa keberagaman penting diciptakan dalam rangka menghargai satu sama lain agar tak terjadi perpecahan.
“Suasana sukacita dan hangat tahun baru Imlek tahun 2022 ini sangat terasa ketika warga klenteng menerima masyarakat pecinta keberagaman atau formagam yang datang ke klenteng untuk mengucapkan selamat tahun baru imlek, ini menunjukan komitmen dan toleransi yang tetap terjaga untuk NKRI,” kata Djoko.
Menurut Djoko, tradisi perayaan hari raya Imlek merupakan sebuah momem perjumpaan antar warga bangsa yang indah dan harmonis tanpa sekat-sekat perbedaan untuk terus merawat kebhinekaan.
“Kita harapkan kegiatan silahturahmi ini akan terus ada dan menjadi pemersatu Bangsa,” tamdas dia.
Sementara Ketua PC GP Ansor Gresik Abdul Rokhim mengingatkan pentingnya menghormati sebuah keberagaman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, serta menjalin kerukunan antar umat beragama.
Menurutnya, tahun baru Imlek merupakan perayaan terpenting bagi warga Tionghoa, termasuk di Indonesia. Sebab tahun baru Imlek telah menjadi bagian dari budaya, adat istiadat tradisional dari etnis Tionghoa.
’’Saya selaku Ketua PC GP Ansor Gresik menyampaikan selamat merayakan Tahun Baru Imlek kepada saudara-saudara etnis Tionghoa yang ada di Gresik. Semoga kerukunan, kebersamaan, rasa saling menghormati perbedaan bisa selalu tercipta di bumi Indonesia,” ungkapnya.
Abdul Rokhim lantas mengingatkan kembali sejarah perayaan tahun baru Imlek di Indonesia selama bertahun-tahun sejak 1968–1999, dimana warga etnis Tionghoa di Indonesia tidak bisa merayakan budaya dan tradisi tahun baru Imlek secara terbuka di depan umum.
Bahkan, pada pemerintahan era Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto melalui Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967, perayaan tahun baru Imlek maupun segala hal yang berbau Tionghoa tegas dilarang.
’’Masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia kembali mendapatkan kebebasan merayakan Tahun Baru Imlek pada tahun 2000 ketika Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mencabut Inpres Nomor 14/1967,’’ terangnya.
Kemudian pada 17 Januari 2000, Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mengeluarkan Keppres Nomor 6/2000 tentang Pencabutan Inpres Nomor 14/1967 tentang Pembatasan Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat Tionghoa. Sejak itu, masyarakat Tionghoa diberikan kebebasan untuk menganut agama, kepercayaan, dan adat istiadatnya, termasuk merayakan upacara-upacara keagamaan seperti Imlek, Cap Go Meh dan sebagainya secara terbuka.
’’Kita sebagai sebuah bangsa yang memiliki beragam suku, agama, budaya, ras maupun etnis harus bisa hidup secara rukun dan berdampingan, serta saling menghormati satu sama lain. Itu diatur dalam konstitusi dasar kita, dalam sila ketiga Pancasila yakni Persatuan Indonesia,’’ tutup Abdul Rokhim.