Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

FOTO FILE: Halime Adam Moussa, seorang pengungsi Sudan yang mencari perlindungan di Chad untuk kedua kalinya, menunggu dengan pengungsi lain untuk menerima porsi makanan dari Program Pangan Dunia (WFP), dekat perbatasan antara Sudan dan Chad di Koufroun, Chad, 9 Mei 2023. Foto: Reuters/Zohra Bensemra/File Foto.
FOTO FILE: Halime Adam Moussa, seorang pengungsi Sudan yang mencari perlindungan di Chad untuk kedua kalinya, menunggu dengan pengungsi lain untuk menerima porsi makanan dari Program Pangan Dunia (WFP), dekat perbatasan antara Sudan dan Chad di Koufroun, Chad, 9 Mei 2023. Foto: Reuters/Zohra Bensemra/File Foto.

PBB Geram, Kekerasan Seksual di Sudan Meningkat



Berita Baru, Khartoum – Kekerasan seksual di Sudan meningkat saat pertempuran di negara tersebut berlangsung selama hampir tiga bulan, membuat para pejabat PBB geram, Rabu (5/7)

Konflik brutal antara tentara dan pasukan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) telah menewaskan ribuan orang, mengusir jutaan orang dari rumah mereka, dan memperburuk krisis kemanusiaan yang akut.

Dalam sebuah pernyataan bersama dari lembaga-lembaga PBB yang terbit pada Rabu (5/7), menyatakan bahwa kantor hak asasi manusia badan dunia di Sudan telah menerima laporan kredibel tentang 21 kejadian kekerasan seksual terkait konflik yang menimpa setidaknya 57 perempuan dan anak perempuan sejak konflik pecah pada 15 April.

“Dalam satu kasus, sebanyak 20 perempuan dilaporkan diperkosa dalam serangan yang sama,” demikian pernyataan tersebut.

Kepala-kepala lembaga tersebut menuntut penghentian segera terhadap kekerasan seksual sebagai taktik perang dan mendesak dilakukannya penyelidikan menyeluruh dan independen terhadap semua pelanggaran dan penyalahgunaan yang dilaporkan untuk menghukum pelaku.

Sementara itu, Wakil sekretaris jenderal PBB untuk urusan kemanusiaan, Martin Griffiths mengatakan bahwa sangat tidak pantas bahwa perempuan dan anak-anak yang hidup mereka telah terganggu oleh perang “justru mengalami trauma lebih lanjut dengan cara ini”.

Ia menambahkan: “Apa yang kita saksikan di Sudan bukan hanya krisis kemanusiaan; ini adalah krisis kemanusiaan.”

Kepala hak asasi manusia, Volker Turk, mengatakan bahwa perempuan dan anak perempuan tidak memiliki akses yang memadai terhadap dukungan medis dan psikososial di tengah pertempuran yang intens.

“Izin untuk kekerasan seksual harus nol,” katanya.

Bahkan sebelum Sudan dilanda perang, lebih dari 3 juta perempuan dan anak perempuan di negara tersebut berisiko menjadi korban kekerasan berbasis gender, menurut perkiraan PBB. Angka ini sejak itu meningkat menjadi sekitar 4,2 juta orang, kata PBB.