AS Luncurkan Serangan Udara di Suriah Setelah Pasukannya Diserang oleh UAV Iran di Dekat Pangkalan Koalisi
Berita Baru, Internasional – Pada Kamis (23/3), Departemen Pertahanan AS mengumumkan bahwa mereka memerintahkan serangan udara terhadap sasaran di Suriah timur setelah pesawat tak berawak yang diduga milik Iran menyerang pangkalan koalisi yang menampung pasukan Amerika.
Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, mencatat dalam rilis yang dikeluarkan oleh Pentagon bahwa serangan itu dikeluarkan terhadap fasilitas yang digunakan oleh kelompok yang berafiliasi dengan Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran.
“Seperti yang telah dijelaskan oleh Presiden Joe Biden, kami akan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk membela rakyat kami dan akan selalu menanggapi pada waktu dan tempat yang kami pilih,” kata Austin dalam kutipan yang menyertai rilis tersebut. “Tidak ada kelompok yang akan menyerang pasukan kita tanpa hukuman.”
Pernyataan Pentagon merinci seorang kontraktor Amerika tewas dan bahwa lima tentara AS dan satu kontraktor tambahan menderita luka-luka setelah kendaraan udara tak berawak satu arah menghantam fasilitas pemeliharaan di pangkalan Koalisi dekat Hasakah di timur laut Suriah.
Seperti dilansir dari Sputnik News, insiden awal dikatakan terjadi sekitar pukul 13:38 waktu setempat. Kemudian dinilai oleh pejabat intelijen AS bahwa pesawat tak berawak itu berasal dari Iran. Rincian tambahan tentang bagaimana pejabat sampai pada kesimpulan itu tidak tersedia.
Lebih lanjut dicatat bahwa dua tentara yang terluka dirawat di lokasi sementara empat lainnya dievakuasi secara medis ke fasilitas medis Koalisi di Irak.
Serangan udara yang dilakukan oleh AS di Suriah belum pernah terjadi sebelumnya. Pemerintahan Biden sebelumnya mengizinkan serangan balasan pada Februari 2021 dan kemudian pada Januari dan Agustus 2022 menyusul serangan pesawat tak berawak terhadap posisi Amerika.
AS telah mempertahankan kekuatan sekitar 900 anggota layanan di Suriah secara ilegal, menempatkan pasukan di provinsi-provinsi di negara itu yang kaya minyak. Pasukan Amerika tetap berada di negara itu tanpa izin dari Damaskus atau mandat dari Dewan Keamanan PBB.
Pemerintahan Biden sebagian besar diam tentang tujuan AS di Suriah. AS telah mempertahankan pasukannya di seluruh bagian Suriah sejak 2016, sebagian besar mengawasi Pasukan Demokratik Suriah pimpinan Kurdi yang mengendalikan depot minyak Suriah.
Damaskus telah berulang kali mengecam kehadiran AS, menggambarkannya sebagai pendudukan dengan tujuan menjarah cadangan minyak dan gas Suriah.