Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

CEO BP
(Foto: REUTERS / DADO RUVIC)

Mantan CEO BP: Krisis Minyak Ini Mirip Krisis 80-an



Berita Baru, Jakarta – Pada hari Selasa (21/4), Mantan CEO BP John Browne menyatakan bahwa harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) akan tetap berada di level rendah untuk waktu tertentu setelah mereka anjlok di bawah US$0 untuk pertama kalinya pada 20 April.

“Harga akan sangat rendah dan saya pikir mereka akan tetap rendah dan sangat fluktuatif untuk beberapa waktu yang cukup lama. Masih banyak minyak yang diproduksi yang disimpan dan tidak digunakan,” ujar John Browne kepada BBC.

Browne menegaskan bahwa situasi saat ini “sangat mirip dengan masa di pertengahan 1980-an, di mana persis situasi yang sama terjadi–terlalu banyak pasokan, terlalu sedikit permintaan dan harga minyak tetap rendah selama 17 tahun.”

Dia mengatakan bahwa anjloknya harga minyak saat ini adalah masalah AS yang terjadi karena kurangnya penyimpanan. Ia juga menambahkan bahwa permintaan minyak mentah global turun sementara produksi masih tinggi.

“Permintaan hidrokarbon akan terus lemah,” ujarnya. “Dan permintaan itu akan dipenuhi terutama oleh mereka yang tidak punya pilihan selain memproduksi minyak–demikian juga perusahaan minyak negara di dunia.”

Pernyataan itu muncul ketika harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei kembali ke nilai positif pada hari Selasa (21/4). Dan sekarang,  menurut data perdagangan, minyak mentah diperdagangkan di angka US$2,21 per barel di New York Mercantile Exchange (NYMEX).

Ini didahului oleh harga minyak mentah WTI yang anjlok hingga minus US$37,63 per barel pada hari Senin (20/4). Anjloknya harga itu merupakan rekor pertama kalinya dalam sejarah.

Jatuhnya harga minyak ini terjadi dengan latar belakang pandemi virus korona yang masih berlangsung di beberapa negara. Pandemi COVID-19 telah menyebabkan perlambatan aktivitas ekonomi di seluruh dunia. Dan selanjutnya, mengakibatkan jatuhnya permintaan minyak global.

Pekan lalu, Arab Saudi, Rusia, dan negara-negara pengekspor minyak lainnya sepakat untuk memangkas produksi minyak mereka sebesar 9,7 juta barel per hari hingga Juni, dalam upaya untuk menstabilkan pasar minyak yang terkena COVID-19.


SumberSputnik News