Ekonom Indef Sebut Banyak Partai Tak Percaya Hasil Survei
Berita Baru, Jakarta – Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Prof. Didik J Rachbini menyebut saat ini masih banyak pimpinan partai politik (Parpol) yang tidak percaya kepada riset akademik survei.
Menurut Prof. Didik, ketidak percayaan Parpol tersebut dikarenakan banyak lembaga survei yang tidak kredibel dengan menafikan medote Ilmiah dan lebih mengedepankan kepentingan politik.
“Karena metodenya tidak dijalankan dengan baik dan lebih banyak lagi survei dipakai untuk kepentingan politik dengan menafikan metode ilmiahnya,” kata Prof. Didik dalam keterangan tertulisnya yang diterima Beritabaru.co, Jumat (13/1).
Guru Besar Ilmu Ekonomi Politik Universitas Paramadina itu kemudian menjelaskan, riset yang ilmiah dan akademik dilaksanakan berdasarkan ilmu dan metode akademik, seperti polling, quick count dan lain-lain.
Pengetahuan ini sudah menjadi pengetahuan yang menyebar luas di kalangan peneliti sehingga polling yang benar dan jujur sudah bisa mengetahui persepsi, pandangan mayoritas rakyat, silent majority, terhadap partai dan pemimpin pilihannya.
“Jika ada partai dan pimpinan partai menafikan realitas hasil-hasil survei akademik ini, saya sebagai peneliti tidak bisa nenyebutnya sebagai apa …., yang yang halus tidak akademik, tidak memahami ilmu,” ujarnya.
“Riset akademik berbicara jujur, kecuali lembaga riset yang manipulatif, yang lembaga dan pelakunya dipakai untuk mengelabui publik. Lembaga riset seperti ini tidak akan berumur panjang,” tegas Prof. Didik.
Ia pun menyebut, Parpol yang tidak berbasis riset akademik akan mengambil sebuah keputusan seenak, sesuai selera pimpinannya. Maka keputusan yang diambil berpeluan besar melahirkan bias dan bahkan menyesatkan.
“Konflik realitas kehendak publik yang luas dengan keinginan dari partai dan pimpinan akan membuat partai kehilangan kesempatan untuk mendapatkan aspirfasi terbesar dari publik,” katanya.
Prof. Didik juga menyinggung soal hasil survei yang menempatkan 3 sosok capres yang menonjol untuk Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. Ketiga nama tersebut diantaranya, Anies Baswedan, Ganjar Pranowo dan Prabowo.
“Tiga nama ini merupakan aspoirasi yang tersaring dari riset-riset akademik tersebut. Riset-riset manipulatif sudah sulit untuk menafikan realitas dari hasil survei dan banyak lembaga,” tuturnya.
Prof. Didik juga mengingatkan terkait parpol yang menafikan suara silent majority. Menurutnya, suara silent majority akan menjadi penentu dari pemilihan presiden atau pemilihan legislatif.
“Dari mana silent majority diketahui secara lebih pasti (bukan pasti seratus persen karena ada margin error dari sampling yang ilmiah)? Jawabnya, dari metode riset polling, yang bebasis pada sampling yang ilmiah sesuai metode akademik yang sudah puluhan tahun dipraktekkan oleh para pollster dan peneliti,” terangnya.
“Ke depan dengan adanya banyak survei akademik sepoerti ini, peranan partai akan semakin kecil karena aspirasi publik mayoritas akan lebih didengar. Seperti di negara demokrasi yang memilih langsung pemimpinnya, maka aspirasi mayoritas rakyat akan menjadi penentunya,” pungkas Prof. Didik.