6 Hal yang Mungkin Kamu Lewatkan dari Film To All the Boys: Always Forever
Berita Baru, Film – Bulan ini, tepatnya pada 12 Februari lalu menjelang Valentine’s Day, Netflix merilis seri pamungkas dari serial film To All the Boys yang berjudul To All the Boys: Always and Forever.
Ini merupakan film ketiga setelah To All the Boys I’ve Loved Before (2018) dan To All the Boys: P. S. I Still Love You (2020). Ketiga film ini mengambil genre komedi romantis remaja yang berlatar di Amerika Serikat. Film yang didasarkan pada novel karya Jenny Han ini disutradarai oleh Michael Fimognari.
Dalam film ketiganya, tim produksi berupaya memberikan penutup yang manis dan melengkapi cerita dengan sempurna. Namun mungkin, kamu nggak memperhatikan beberapa hal kecil yang nampak, saking terpukau dengan keromantisan Lara Jean dan Peter Kavinsky.
Sini, kami bantu kamu melihat lebih dekat hal-hal yang mungkin kamu lewatkan dari To All the Boys: Always and Forever.
Kalung Feminis Kitty
Kitty merupakan anak bungsu dalam keluarga Covey. Ia memiliki karakter yang ceriwis, cerdas, pandai berdebat, dan super perhatian pada kakaknya, Lara Jean. Si Kitty inilah ‘biang keladi’ yang mengirimkan semua surat cinta Lara Jean. Mengesalkan sih, tapi kalau nggak begitu, mungkin butuh waktu lebih lama bagi Peter dan Lara untuk saling mengenal dan jatuh cinta. Kyaaaaa.
Dan pada film To All the Boys: Always and Forever, Kitty nampak masing setia menggunakan kalung bertuliskan ‘Feminist’ yang ia pakai sejak serial pertama To All the Boys I’ve Loved Before. Hingga seri ketiga ini, Kitty masih setia memakai kalungnya, lho!
Romantisme Lara Jean dan Peter Kavinsky
Hingga film ketiga ini, Lara Jean masih mengenakan kalung yang diberikan Peter kepada pada hari Valentine. Nggak hanya itu, Lara juga menggunakan foto dirinya dan Peter sebagai background dalam ponselnya. Awwww, manis sekali!
Hubungan romantis mereka dalam film ketiga ini juga semakin bikin kesengsem! Diantaranya, ketika Lara Jean membawakan hadiah spesial untuk Peter dari Seoul, ketika Peter mengajak Lara ke pesta prom bersama, juga ketika mereka berdua menghabiskan waktu berdua menonton film sambil tiduran di sofa. Bersiaplah menjadi saksi dua makhluk manis ini, fellas.
Jenny Han sebagai Cameo
Lagi-lagi, sang penulis tiga seri novel To All the Boys, Jenny Han, turut muncul dalam film ketiga ini. Di film pertama Jenny Han muncul sebagai pengawas acara dansa di sekolah, dan di film kedua ia memerankan sebagai petugas sekolah dan sedang menenangkan seorang siswa yang menangis di hari Valentine.
Kali ini, di film ketiganya, Jenny Han muncul sebagai cameo memerankan tokoh Kepala Sekolah di sekolah menengah yang menjadi tempat Lara Jean dan Peter bertemu. Menggemaskan ya, penulis satu ini!
Lara Jean dan Kecintaannya pada Literatur
Sejak film pertama, kita tahu betapa Lara Jean suka membaca. Bukan hanya kamarnya yang penuh dengan buku, Lara pun menghabiskan waktunya dengan membaca di kamar. Buku yang paling sering ia baca adalah novel romansa baik klasik maupun modern.
Seperti terlihat pada film ketiga ini, Lara membaca novel Pride & Prejudice karya Jane Austen di tengah perjalanan liburannya di Korea Selatan. Sedikit banyak, novel ini memiliki kemiripan dengan fase kehidupan yang tengah dialami Lara Jean: kehadiran saudara-saudara perempuan yang dekat dengannya, serta perkembangan kisah cintanya dengan belahan jiwa, Peter Kavinsky.
Adegan ‘literasi’ ini juga terlihat ketika Lara Jean melihat seorang perempuan membaca novel yang sama di sebuah kereta subway. Kecintaan Lara pada dunia literasi juga nampak ketika ia membayangkan masa depannya dengan Peter, dimana Lara tumbuh menjadi seorang penulis sukses.
Well, nggak kaget kan waktu Lara Jean akhirnya banting setir dari UC Barkeley ke kampus New York University demi program kuliah yang ia idam-idamkan.
Peter Kavinsky dan Rom-Com
Peter Kavinsky jelas bukan seorang penggemar film-film romance-comedy atau rom-com sebagaimana Lara Jean. Namun karena telah berpacaran dengan gadis itu, Peter pun diajak nyemplung dan nonton film rom-com bersama Lara.
Rupanya, Peter terinspirasi dari film Say Anything yang mereka tonton bersama begitu Lara pulang dari Korea Selatan. Adegan dimana John Cusack mengangkat boombox, sebuah sound system portable, menginspirasi Peter untuk melakukan hal yang sama pada malam diterimanya Lara di Universitas Stanford, meski nyatanya Lara tidak diterima.
Malam itu, Peter berdiri di depan mobilnya sambil mengangkat boombox untuk membuat Lara terkesan. Mereka pun menghabiskan malam bersama dengan sebuah pesta kecil di Corner Café, kafe favorit mereka.
Lara Jean Merasa Asing di Tanah Ibunya
Lara Jean terlahir sebagai separuh Asia dan separuh Amerika. Ayahnya, Dr. Song, merupakan seorang kulit putih dan almarhum ibunya berkebangsaan Korea. Dr. Song masih mengenang istrinya dengan memasak menu Korea atau mengonsumsi makanan dari negeri gingseng itu, seperti yogurt Korea favorit Lara Jean dan Kitty.
Namun saat liburan ke sana, Lara Jean menghadapi sebuah pengalaman yang membekas dihatinya sebagai imigran generasi kedua. Ceritanya, Lara bertemu dengan seorang perempuan yang berbicara menggunakan bahasa Korea padanya. Orang itu berpikir Lara mengerti, namun faktanya: Lara tidak bisa berbicara bahasa Korea. Pengalaman itu membuat Lara Jean berpikir ia tak punya ‘tempat’ sebagai seorang keturunan Korea.
Yang menarik adalah respon Peter Kavinsky saat Lara menceritakan pengalaman ini kepada pacarnya itu. Peter, sebagaimana ia memang selalu perhatian, mengatakan bahwa kemungkinan bakal ada kelas Korea di Universitas Stanford, dan ia dengan senang hati akan menemani Lara Jean mengambil kelas itu untuk belajar bahasa Korea.
Sungguh, pacar yang suportif, dan semoga nggak hanya ada dalam khayalan kita.