Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

TNI akan Evakuasi WNI dari Sudan di Tengah Konflik Bersenjata
Tangkapan layar dari sebuah video pada 20 April 2023 ini menunjukkan asap hitam membumbung di atas Bandara Internasional Khartoum di tengah pertempuran antara pasukan militer Sudan Armed Forces (SAF) dan pasukan paramiliter Rapid Support Force (RSF) (Foto: AFP)

TNI akan Evakuasi WNI dari Sudan di Tengah Konflik Bersenjata



Berita Baru, Jakarta – Tentara Nasional Indonesia (TNI) akan mengerahkan pesawat dan personel untuk mengevakuasi warga negara Indonesia (WNI) dari Sudan, yang sedang dilanda konflik bersenjata sejak 15 April lalu.

Pesawat tersebut dijadwalkan berangkat dari Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, pada hari Senin (24/4/2023) ini. Panglima TNI Laksamana Yudo Margono dan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Fadjar Prasetyo dijadwalkan hadir melepas keberangkatan tim evakuasi.

Menurut Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Laksamana Muda (Laksda) Julius Widjojono, pihaknya akan memberikan informasi detail mengenai keberangkatan tersebut. Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara (Kadispenau) Marsma Indan Gilang mengatakan bahwa pesawat yang akan diberangkatkan adalah Boeing B-737 dan dijadwalkan berangkat pada pukul 14.00.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi menyatakan bahwa evakuasi WNI dari Sudan akan dilakukan dalam beberapa tahap dan dimulai pada hari ini.

“Rencana awal, seluruh WNI akan dievakuasi dengan memanfaatkan gencatan senjata yang ada. Namun demikian, karena adanya pembatasan bahan bakar untuk bus yang akan mengangkut para WNI, maka evakuasi tidak dapat dilakukan dalam satu tahap,” ujar Retno dalam keterangan video pada hari Senin (24/4/2023).

Retno juga menginformasikan bahwa sebanyak 538 WNI telah tiba di Kota Port Sudan pada pukul 01.00 waktu setempat atau 06.00 WIB hari ini. Sedangkan 289 WNI lainnya, yang sebagian besar adalah mahasiswa dan 5 pekerja perusahaan, akan dievakuasi pada tahap kedua.

Perang saudara di Sudan sudah berlangsung sejak 15 April lalu, di mana pasukan Rapid Support Forces (RSF) berupaya menduduki situs pemerintahan di Ibu Kota hingga memicu militer membobardir markas mereka di Khartoum.

Menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lebih dari 420 orang tewas dalam konflik tersebut dan 3.700 orang lainnya tercatat mengalami luka-luka. Selain itu, lebih dari dua per tiga rumah sakit di Khartoum dan negara-negara tetangga tidak lagi berfungsi. Serikat dokter juga melaporkan bahwa setidaknya empat rumah sakit di Kordofan Utara menjadi sasaran penembakan.