Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Hilman Latief
Dirjen PHU Kemenag Hilman Latief (Foto: Istimewa)

Soal Kemenag Hadiah untuk NU, Hilman Latief: Hanya Bentuk Penyemangat



Berita Baru, Jakarta – Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Hilman Latief mengatakan pernyataan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas terkait Kemenag adalah hadiah pemerintah untuk Nahdlatul Ulama (NU) hanyalah bentuk penyemangat bagi kader NU.

Hilman yang juga aktivis dari kalangan Muhammadiyah itu mengatakan dirinya tidak merasa ada perbedaan perlakuan baginya dalam menjalankan tugas sebagai Dirjen PHU.

“Mungkin pernyataan tersebut sebagai bentuk penyemangat untuk kader-kader Gus Yaqut. Menurut saya, pernyataannya tidak usah menjadi polemik berkepanjangan, apalagi itu sudah diklarifikasi,” kata Hilman dikutip dari Antara, Minggu (31/10).

Hilman mengatakan dirinya dan Gus Yaqut sama-sama masih relatif muda. Jadi, menurut dia, semangat jadi selalu menggebu-gebu, terutama kalau sudah memberi semangat kepada kader-kader di ormas masing-masing.

Sejak kali pertama bertemu di akhir September 2021 sampai saat ini, Hilman kerap berdiskusi dengan Menag secara terbuka dan hangat. Keduanya membahas tentang berbagai upaya untuk perbaikan kinerja dan layanan Kementerian Agama ke depan.

“Meskipun saya sebagai kader Muhammadiyah, saya tidak melihat sikap atau perlakukan yang berbeda dari Pak Menteri terhadap saya,” katanya.

Hilman mengaku sering berdiskusi tentang masalah-masalah keumatan dengan Menag, bagaimana Kementerian Agama bisa melayani berbagai kalangan secara profesional, cepat, dan inklusif.

“Alhamdulillah, hubungan saya sebagai pejabat Kemenag yang berlatar belakang aktivis Muhammadiyah, tidak ada masalah dengan Pak Menteri. Diskusi sampai larut malam juga masih sering kami lakukan,” ucapnya.

Bahkan, lanjut Hilman, dalam banyak kesempatan, Menag menyampaikan tentang pentingnya meritokrasi. Maksudnya, bagaimana agar sistem tata kelola birokrasi Kemenag ke depan memberikan kesempatan kepada seseorang untuk memimpin berdasarkan kemampuan atau prestasi, bukan kekayaan, senioritas, dan sebagainya.

Apalagi, banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan di hampir semua direktorat dalam rangka meningkatkan kinerja.

“Gus Menteri beberapa kali berpesan kepada saya tentang pentingnya meritokrasi, inklusivitas, dan tidak diskriminasi dalam upaya peningkatan kinerja penyelenggaraan haji dan umrah,” ujarnya.