Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Produsen Mainan Seks China Banjir Orderan dari Luar Negeri

Produsen Mainan Seks China Banjir Orderan dari Luar Negeri



Berita Baru, Internasional – Produsen mainan seks (sex toys) di China telah melihat lonjakan pesanan sejak awal pandemi COVID-19 merebak dan menjadi salah satu industri yang mulai pulih dari kehancuran ekonomi akibat pandemi.

Hal itu dilaporkan oleh kantor berita South China Morning Post (SCMP), Kamis (23/7),  dengan mengutip beberapa sumber dalam industri mainan seks, di antaranya: Violet Du selaku manajer penjualan luar negeri Libo Technology dan Lou (nama keluarga, ia menolak memberikan nama lengkap) selaku manajer umum Aibei Sex Doll Company.

Salah satu produsen mainan seks, Libo Electronic Technology Co., Ltd. yang berbasis di Shandong, melaporkan adanya peningkatan ekspor dan penjualan domestik sebesar 30 persen.

Violet Du mengatakan Libo Technology telah meningkatkan staf di lini produksinya sekitar 25 persen, menjadi mendekati 400 pekerja sejak mereka kembali bekerja pada akhir Februari.

“Lini produksi kami berjalan sepanjang waktu, dan pekerja kami bekerja dalam dua shift untuk memenuhi permintaan yang melonjak,” kata Du.

Menurut Du, pasar ekspor paling aktif dalam 4 bulan terakhir untuk mainan seks adalah Prancis, Amerika Serikat, dan Italia. Namun, penjualan mainan seks domestik melambat karena China mulai mengetatkan aturan pembatasan dan karantina wilayah.

“Lini produksi kami berjalan sepanjang waktu, dan pekerja kami bekerja dalam dua shift untuk memenuhi permintaan yang melonjak,” imbuh Du.

Du juga mengatakan bahwa peningkatan permintaan sebagian besar disebabkan oleh aturan karantina wilayah dan pembatasan. Karena itu, ekspor mainan seks ke AS dan beberapa negara Eropa diperkirakan akan terus meningkat karena langkah-langkah pencegahan dan pengendalian virus korona tetap ada.

Sementara itu, pabrik mainan seks Aibei Sex Doll Company yang berbasis di Dongguan juga mengalami peningkatan permintaan.

Bahkan, menurut Lou, meskipun telah menambah pekerja produksinya, beberapa kali Aibei Sex Doll Company menolak pesanan ekspor karena kurang stok.

“Ini adalah ceruk pasar di China, karena budaya China relatif konservatif, sehingga semua produk kami berorientasi ekspor, dengan AS dan Eropa sebagai pasar terbesar,” kata Lou.

Aibei Sex Doll Company memproduksi sekitar 1.500 boneka seks per bulan, dengan harga mulai dari 2.200 yuan hingga 3.600 yuan (sekitar Rp. 4,5 juta – 7,5 juta).

Produksi sebanyak itu menurut Lou masih dianggap kurang dan ia ingin meningkatkan kapasitas produksi lebih besar karena penjualan bisa melonjak lebih dari 50 persen.

Sementara itu, pabrik-pabrik mainan seks kecil di China, dilaporkan dapat memproduksi mainan seks sekitar 300 hingga 500 buah. Jumlah itu pun menurut Lou masih jauh di bawah permintaan pasar saat ini dari AS dan Eropa.

The Paper melaporkan bahwa secara keseluruhan ekspor mainan seks China telah meningkat 50 persen sepanjang tahun ini. Khusus untuk boneka seks, ekspor meningkat dua kali lipatnya.

Bahkan, sejak bulan Maret, ekspor boneka seks ke Italia telah meningkat lima kali lipat.

Berbagai laporan juga menunjukkan permintaan dari AS, Inggris, Denmark, Selandia Baru, dan Australia meningkat ketika langkah-langkah karantina wilayah diperkenalkan.

Disebutkan bahwa ekonomi China, termasuk prospek manufaktur dan ekspornya, jatuh pada awal tahun yang juga merupakan puncak pandemi. Impor China jatuh ke level terendah sepanjang masa di bulan Februari, sementara ekspor menyusut 17,2 persen pada Januari dan Februari jika digabungkan.

Ekonomi China secara keseluruhan telah melakukan pemulihan ringan sejak itu dan industri mainan seks tampaknya telah dapat menikmati pemulihan yang lebih cepat sejak aturan karantina wilayah diperketat.