Pasukan Dirgantara AS Memberi Pelatihan Medis Khusus untuk Pasien COVID-19
Berita Baru, Internasional – Fakultas Kedokteran Dirgantara Angkatan Udara AS atau The US Air Force School of Aerospace Medicine (USAFSAM), sebuah pusat pembelajaran dan konsultasi medis kedirgantaraan, telah memulai pelatihan medis untuk menemui pasien COVID-19.
Para petugas medis dilatih di Joint Base Charleston di South Carolina tentang penggunaan Transport Isolation System (TIS) dan dalam mengangkut pasien COVID-19 melalui pesawat kargo militer.
TIS adalah unit penahanan penyakit menular yang dirancang untuk menawarkan perawatan medis dalam penerbangan kepada pasien sambil mengurangi risiko penularan di antara awak pesawat dan petugas medis.
Ini berfungsi sebagai alat penting dalam respons Covid-19 Air Mobility Command.
Kolonel Leslie Wood selaku Direktur Medis mengatakan perihal Air Mobility Command bahwa, “Saat ini, di tengah-tengah pandemi global ini, kita memiliki pasukan yang membahayakan di seluruh dunia.”
Lebih lanjut, Kolonel Leslie mengatakan, “Karena persyaratan untuk mengangkut personel dengan penyakit menular seperti virus korona, kita tidak dapat menggunakan metode transportasi tradisional kita tanpa membahayakan awak medis di belakang pesawat, dan awak lainnya di depan.”
“Dan, jika kita kehilangan kru atau petugas medis ini, maka kita juga kehilangan kemampuan operasional,” imbuhnya.
Para petugas medis sedang dilatih oleh Letnan Kolonel Elizabeth Schnaubelt dan sersan teknis Victor Kipping-Cordoba, yang keduanya berspesialisasi dalam penyakit menular dan kesehatan masyarakat.
Biasanya, durasi pelatihan ini adalah tiga hari.
Kipping-Cordoba mengatakan, “Kami berlatih menggunakan prosedur pelindung dan pengantaran peralatan pribadi diikuti dengan prosedur pengelolaan limbah dan pengenalan serta inventaris peralatan.”
“Selama pelatihan, tim penyakit menular memimpin pemberian arahan tentang pencegahan dan pengendalian penyakit dan infeksi, misalnya bagaimana menggunakan dan melepaskan APD, menyediakan pencegahan dan kontrol infeksi, panduan klinis, dan juga manajemen risiko,” imbuh Kipping-Cordoba.
Sumber | airforce-technology.com |