Universitas Hong Kong Meminta Monumen Pembantaian Tiananmen Dipindahkan
Berita Baru, Internasional – Universitas Hong Kong mengatakan bahwa patung yang memperingati pembantaian Lapangan Tiananmen harus dipindahkan.
Pilar of Shame (Pilar Malu), monumen yang menggambarkan lusinan tubuh yang robek dan terpelintir itu dibuat untuk memperingati penumpasan tahun 1989.
Universitas Hong Kong mengatakan keputusan itu diambil berdasarkan penilaian risiko dan nasihat hukum, tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut.
Tiananmen, seperti dilansir dari BBC, masih menjadi topik yang sangat sensitive di Tiongkok modern. Peringatan itu diadakan setiap tahun di Hong Kong hingga dilarang oleh pihak berwenang pada tahun 2020 karena alasan pendemi Covid-19.
Awal tahun ini, sembilan aktivis pro-demokrasi dijatuhi hukuman antara 6 hingga 10 bulan penjara karena ikut serta dalam acara peringatan 2020 yang dilarang.
Pilar of Shame dibuat oleh pematung Denmark, Jens Galschiot, dipajang di kampus universitas selama 24 tahun.
Tetapi baru-baru ini pihak universitas menuliskan surat kepada aliansi Hong Kong – sebuah kelompok yang dibubarkan karena menyelenggarakan acara tahunan peringatan Tiananmen –agar karya itu dihapus pada 13 Oktober.
Galschiot mengatakan kepada Hong Kong Free Press bahwa patung itu, yang diberikan kepada aliansi, merupakan hadiah yang “sulit untuk dipindahkan”.
“Sangat tidak adil untuk menghapusnya dalam waktu seminggu, padahal sudah 24 tahun berada di sana,” katanya, seraya menambahkan bahwa itu bisa rusak jika dipindahkan terlalu cepat.
Apa yang terjadi di Lapangan Tiananmen?
Pada tahun 1989, Lapangan Tiananmen Beijing menjadi pusat protes skala besar, menyerukan reformasi dan demokrasi.
Para demonstran berkemah selama berminggu-minggu di alun-alun, tetapi pada akhir 3 Juni, militer bergerak masuk dan pasukan melepaskan tembakan.
China mengatakan bahwa 200 warga sipil dan personel keamanan tewas, tetapi belum ada catatan kematian yang dirilis secara publik. Saksi mata dan wartawan asing mengatakan bahwa jumlahnya bisa mencapai 3.000 korban.