Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Bom Nuklir B61-12
Pesawat F-15E Strike Eagle

Pesawat F-15E Strike Eagle menjadi Pesawat Pertama yang Teruji Kompatibel dengan Bom Nuklir B61-12



Berita Baru, Internasional – Pada hari Senin (8/6), Sandia National Laboratories mengumumkan melalui situs resminya bahwa pesawat tempur F-15E Strike Eagle dari Angkatan Udara AS berhasil menyelesaikan demonstrasi sistem senjata lengkap yang menunjukkan pesawat F-15E kompatibel dengan bom nuklir B61-12.

Diperkirakan kemampuan bom nuklir B61-12 asli bisa melakukan lima jenis serangan: menukik ke bumi (earth-penetrating attack), daerah rendah (low-yield), daerah tinggi (high-yield), meledak di atas permukaan tanah dan serangan meledakkan bunker (bunker-buster).

Demonstrasi kompabilitas F-15E dengan B61-12 dilakukan pada bulan Maret dan dengan menggunakan versi replika bom nuklir B61-12. Demonstrasi itu dilakukan dengan menjatuhkan bom nuklir B61-12 dari ketinggian 25.000 kaki di atas Tonopah Test Range milik Sandia di Nevada.

Replika bom nuklir B61-12 menunjukkan tetap berada di udara dalam waktu sekitar 55 detik sebelum mendarat di sebuah danau kering. Ketika mendarat, tercipta sebuah ledakan yang menurut rilis pers Sandia: memercikkan kepulan debu di gurun dari ketinggian 40 hingga 50 kaki dari area tumbukan  (serangan) yang ditentukan.

Selain itu, uji coba lain juga berhasil dilakukan dari ketinggian 1.000 kaki.

Manajer Tim B61-12 Sandia, Steven Samuel mengatakan dalam rilis press di situs resminya sangat yakin bahwa B61-12 dan F-15E kompatibel.

“Kami dapat menguji B61-12 pada semua fase operasional, dan kami memiliki keyakinan yang sangat tinggi bahwa B61-12 kompatibel dengan F-15E Strike Eagle,” ujar Steven Samuels.

“Ini adalah kesepakatan nyata, minus paket nuklir. Tes ini menyatukan perencanaan, desain, analisis, pengujian, dan kualifikasi bertahun-tahun untuk mendemonstrasikan B61-12 dengan F-15E Strike Eagle … dan pengujian ini memenuhi semua persyaratan, baik dalam kinerja dan keselamatan,” imbuh Samuels.

Sandia National Laboratories adalah salah satu dari tiga laboratorium penelitian dan pengembangan di bawah Administrasi Keamanan Nuklir Nasional Amerika Serikat (NNSA). Laboratorium ini menangani desain dan rekayasa untuk komponen non-nuklir dari cadangan nuklir AS.

Tes kompatibilitas F-15E dengan B61-12 merupakan bagian dari program Sandia yang bernama B61-12 Life Extension Program. Program tersebut berupaya untuk “memperbarui, menggunakan kembali, atau mengganti semua komponen bom nuklir dan non-nuklir untuk memperpanjang umur B61 hinga 20 tahun.”

NNSA telah menyatakan bahwa bom nuklir B61-12 yang diperbaharui pertama kali akan diproduksi pada tahun fiskal 2022.

Bom nuklir B61-12 diperkirakan memiliki panjang 12 kaki dan memiliki massa 825 pound.

Rencananya, bom nuklir B61-12 akan disertifikasi untuk pesawat pembom strategis B-2 Angkatan Udara AS, jet tempur F-16 C/D dan F-35 Lightning II.

Mengutip Sputnik, pemutakhiran pesawat tempur siluman F-35 telah ditunda sekitar sembilan bulan yang berarti akan mulai dilakukan sekitar bulan September 2020 dan Maret 2021. Pemutakhiran F-35 itu diharapkan bisa terintegrasi dan kompatible dengan bom nuklir.

Menurut rilis berita Kantor Akuntabilitas Pemerintah AS mengenai masalah ini merinci bahwa biaya peningkatan, pemutakhiran, pengembangan dan pengadaan, yang semula diperkirakan akan mencapai US$ 8 miliar, sekarang diperkirakan mencapai US$ 13,9 miliar.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menulis dalam op-ed mengatakan bahwa penempatan senjata nuklir AS di Buchel Airbase di Jerman barat diperlukan karena “proliferasi senjata nuklir ke negara-negara seperti Korea Utara, serta tindakan agresif berkelanjutan oleh Rusia.”

Dilaporkan bahwa secara total, AS saat ini menghabiskan sekitar US$ 1,5 triliun untuk memodernisasi peralatan nuklirnya dan telah mempunyai 20 bom nuklir B61-12 di pangkalan Jerman.

Sebagai perbandingan, Washington memperkirakan Moskow telah menghabiskan sekitar US$ 28 miliar dalam upaya modernisasi nuklir.

Sementara itu, terkait dengan perjanjian New START,  masih belum jelas apakah AS akan memperbarui perjanjian tersebut. New START merupakan perjanjian pelucutan senjata nuklir antara Amerika Serikat dan Rusia dan akan berakhir pada 5 Februari 2021.