Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Pekerja medis menyiapkan unit darah yang disumbangkan untuk dipindahkan ke Turki. Foto: Abdelhakim Abu Riash/Al Jazeera.
Pekerja medis menyiapkan unit darah yang disumbangkan untuk dipindahkan ke Turki. Foto: Abdelhakim Abu Riash/Al Jazeera.

Solidaritas Korban Gempa Turki-Suriah, Warga Gaza Gelar Donor Darah



Berita Baru, Kota Gaza – Warga Gaza gelar donor darah sebagai bentuk solidaritas korban gempa dahsyat yang menghantam Turki dan Suriah.

Acara donor darah yang digawangi oleh yayasan yatim piatu Al-Amal itu dilakukan bersama dengan para sukarelawan.

“Acara ini untuk mengkonsolidasikan gagasan bahwa dunia Arab dan dunia Islam adalah satu dunia – satu tubuh – dan apa yang menyakiti Suriah dan Turki menyakiti Gaza dan Palestina,” kata koordinator dari yayasan Al-Amal, Naglaa al-Ghalayini.

Al-Ghalayini menjelaskan bahwa alasan mengadakan donor darah itu bahwa ia ingin menunjukkan bahwa ada hubungan darah antara warga Gaza dengan para korban gempa Turki-Suriah yang kini mencapai lebih dari 20.000.

“Benar bahwa kami di Gaza tidak memiliki peralatan atau kemampuan yang dapat diberikan kepada para korban gempa di Suriah dan Turki atau kemampuan materi, tetapi kami memiliki darah kami untuk dipersembahkan kepada saudara-saudara kami di Turki dan Suriah dalam kesetiaan kepada semua orang yang mendukung perjuangan Palestina dan mendukung Gaza,” jelasnya.

Al-Ghalayini menyampaikan belasungkawa kepada keluarga para korban di Turki dan Suriah, dan berharap pemulihan yang cepat bagi yang terluka.

Salah seorang sukarelawan yang mendonorkan dara, Subhi Quta (33 tahun), mengatakan kepada Al Jazeera bahwa dia datang untuk mendonor darah segera setelah dia mendengar tentang kampanye tersebut, menganggapnya sebagai kesempatan untuk membantu setelah bencana di Suriah dan Turki.

“Kami semua merasa sedih dan kaget dengan apa yang terjadi setelah gempa. Dalam perang-perang sebelumnya di Gaza, kita menyaksikan pemandangan gedung-gedung runtuh dan mayat-mayat ditarik keluar dari bawah reruntuhan. Tapi tragedi di Turki dan Suriah merupakan bencana yang eksponensial,” kata Quta, dikutip dari Al Jazeera, Minggu (12/2).

Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Sohaib Shehadeh (43 tahun).

“Jika saya bisa melakukan lebih dari itu, saya tidak akan ragu. Dan jika pintu relawan dibuka untuk pergi dan membantu menghilangkan puing-puing dan membantu keluarga tunawisma, saya pasti akan berpartisipasi,” kata Shehadeh.

“Saya kehilangan rumah saya dalam pemboman Israel bertahun-tahun yang lalu dan saudara laki-laki saya, paman dan keluarganya terbunuh dalam pemboman Israel di rumah mereka. Kepahitan tunawisma dan kehilangan adalah satu, apakah itu bencana alam atau buatan manusia.”

Hampir 26 juta orang terkena dampaknya sejak gempa bumi menghancurkan Turki tenggara dan Suriah barat laut pada 6 Februari.

Korban tewas akibat gempa bumi telah melonjak melewati 33.000 saat upaya penyelamatan terus berlanjut.