Setelah Menonton Thor: Love And Thunder (2022) | Puisi-Puisi Budhi Setyawan
Setelah Menonton Thor: Love And Thunder (2022)
langit adalah gerbang
bagi kemungkinan kemungkinan
yang akan diseberangkan ke masa depan
sepertinya pahlawan dilarang pensiun
maka thor tak boleh gantung kapak
meski palu sebagai mantan mitra
telah temukan majikan cantik
planet planet akan memanggil
seperti cinta baru yang segar dan muda
meski lagi lagi ia akan memanggul luka
karena cinta adalah juga penderitaan
lalu akan terbit bisik yang memuat teriakan:
welcome to the jungle
sweet child ‘o mine
ia pun menyebut bahwa dewa dewa sekumpulan pengecut
bahkan zeus pun hanya onggokan hipokrit
yang tak berani keluar dari zona nyaman
alam kotak pandora keabadian
tak hanya asgard dan bumi
tapi akan muncul wilayah lain dari kegelapan
yang butuh tarian halilintar
ia yang menyimpan singa putih di tubuh
dengan kilau daya tarik surainya
akan terus melompat di antara galaksi
mencari sisa sisa cinta atau hanya ada serpihan sia sia
tetapi semesta butuh ledakan ledakan
juga keajaiban yang berulang
terasa tak terduga dan selalu mengejutkan
love and thunder
light and thunder
take you to the sky and higher
let you see that you believe it
Bekasi, 2022
Selepas Menonton A Very Long Engagement (2004)
kita lihat mathilde dan manech
berjalan di persimpangan
riwayat yang dipisahkan kabar
tentang ledakan ledakan dan kebakaran
tentara boleh membenci perang, bukan?
karena di sana laboratorium
penyemaian dendam dengan segala rekayasa
ke dalam otak agar tak lelah
menyerbu dan menumpas
melukai diri jadi jalan pemberontakan
atas chauvinisme yang racun
dan tak mengenal silsilah keluarga
juga cinta
penantian adalah bagian dari sejarah mengingat
segala yang telah mewarnai musim
meski amnesia akan kirimkan tikaman
pertanyaan bagi keberadaan
tiba tiba terngiang
sartre bilang: “ketika orang kaya kobarkan perang,
yang mati malah orang miskin”
kita di sini berjarak dari amuk senjata
teramat mudah bilang sayang
untuk pura pura hendak setia
dalam tubuh ada gerakan senyap
persangkaan dan sangsi yang pekat
Bekasi, 2022
Setelah Menonton Forever Young (1992)
seperti penerbang yang merdeka
melayang ringan di ketinggian
akan turun juga mendarat pada cinta
adalah sia sia menolak keriput
pandangan lamur dan pendengaran susut
tapi ada yang tetap belia
perasaan yang dirawat dalam hijau taman
lembah penerimaan
jantung yang dihidupi oleh kekasih
terus hadir ada selamanya
dan usia hanyalah angka angka yang renta
bukan dasar perhitungan
bagi keseharian yang telah diliputi
oleh musim rindu
tetaplah keharuman menguasai ingatan
dengan kelincahan rerumpun tari
dalam waktu yang amat lambat
menyusun partitur yang tetap pagi
puisi puisi dan lagu lagu
mendenyutkan bisikan menggetarkan usapan
selamanya muda
forever young
i want to be forever young
do you really want to live forever
forever young
Bekasi, 2022
Seusai Nonton Midnight Sun (2018)
malam adalah jalan kehidupan
yang melahirkan cahaya
ke dalam kepala seseorang
yang menolak kalah dalam kisah
siang adalah bagian dari siksaan
yang tersusun dari ribuan musim dingin
menggigilkan kamar bagi fantasi
dan tikaman jejarum senyap
tetapi nyala dalam ingatan
telah memercikkan api
rintisan yang tak mau berhenti
membakar hutan larangan
maka biarlah perjumpaan
hanya selepas petang hingga fajar
mengekalkan pertautan takdir
bukankah tak tersedia jalan aspal
bagi pencarian ke ranah pengakuan
karena mesti merintis sendiri
setapak rahasia ke depan
Bekasi, 2022
Selepas Menonton Mannequin (1987)
bagaimana mesti kujelaskan pada mereka
karena hanya kata gila
yang akan dialamatkan pada kita
aku tak peduli kau manekin
karena aku pun cuma boneka
yang tersesat di kisah yang tak pernah
kupahami sampai kini
hingga kota kota merasa asing
dengan dirinya
tapi waktu terus mengalir
seperti rambatan arus sungai di tubuhku
yang menuju ke tubuhmu
dan pertama kulihat surga
lewat matamu yang jendela
warna warna dan gemulai suasana
menari dan jelas menarikku
ke arena yang seperti lupa pada luka
tak perlu kapal ruang angkasa
untuk menujumu yang teramat beda
karena ada kebangkitan yang tak terduga
dari bawah sadar yang acap lebih murni
tanpa perlu menjelma kata kata
ada baiknya kita tutup telinga
karena hanya kita yang merdeka
ini dunia rahasia yang unik dan banyak pernik
tak terjangkau khayal rumpang dunia
dan kini kita bisa berkata dengan beberapa nada:
nothing’s gonna stop us now
Bekasi, 2022
Budhi Setyawan, atau Buset, lahir di Purworejo, 9 Agustus1969. Buku puisi terbarunya Mazhab Sunyi (2019). Mengelola komunitas Forum Sastra Bekasi (FSB) dan Kelas Puisi Bekasi (KPB). Instagram: busetpurworejo. Bekerja sebagai dosen di kampus Politeknik Keuangan Negara STAN, Tangerang Selatan. Saat ini tinggal di Bekasi, Jawa Barat, Indonesia.