Sebut Islam Sebagai Pemicu Konflik Agama, Erdogan Pertanyakan Kesehatan Mental Emmanuel Macron
Berita Baru, Internasional – Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, melontarkan kritik pedas dan kecamannya kepada Presiden Prancis, Emmanuel Macron, yang dinilai memusuhi Islam.
Seperti dilansir dari BBC, Minggu (25/10), karena menstigmatisasi Islam sebagai pemicu konflik agama, Erdogan menyebut kesehatan mental Presiden Macron harus diperiksa karena menstigmatisasi Islam sebagai pemicu konflik agama.
“Apa masalah orang bernama Macron ini dengan Muslim dan Islam?” kata Erdogan dalam pidatonya di kongres provinsi Partai AK-nya di kota Kayseri Turki tengah, dikutip Al Jazeera, Sabtu (24/10).
“Macron membutuhkan perawatan pada tingkat mental,” tambahnya.
Emmanuel Macron sebelumnya mengkampanyekan api peperangan terhadap Islam radikal. Dia menganggap konflik antar agama yang terjadi di dunia, dipicu oleh kelompok Muslim.
“Islam adalah agama yang sedang mengalami krisis di seluruh dunia saat ini, kami tidak hanya melihat ini di negara kami,” kata Macron beberapa waktu lalu.
Pernyataan Macron dipicu peristiwa pembunuhan seorang guru sejarah Prancis di pinggir kota Paris pada Jumat (16/10) lalu.
Guru bernama Samuel Paty dipenggal oleh Abdullah Anzorov, seorang remaja 18 tahun di luar sekolah menengah Bouis-d’Aulne.
Remaja keturunan Rusia itu tak terima dengan tindakan Samuel Paty yang mempertontonkan karikatur Nabi Muhammad kepada murid-muridnya di kelas.
Tujuh orang, termasuk dua siswa, telah didakwa atas pemenggalan Samuel Paty. Abdullah Anzorov selaku pembunuh, ditembak mati oleh polisi tak lama setelah serangan itu.
Terkait komentar Presiden Erdogan, Prancis menanggapinya dengan nada berang. Mereka tidak terima dengan penghinaan kepada Presiden Macron.
“Komentar Presiden Erdogan tidak dapat diterima. Kelebihan dan kekasaran bukanlah sebuah metode,” kata seorang pejabat kepresidenan Prancis.
“Kami menuntut agar Erdogan mengubah arah kebijakannya karena berbahaya dalam segala hal.”
Erodgan adalah seorang Muslim taat yang berusaha memasukkan Islam ke dalam politik arus utama Turki sejak Partai AK yang berakar pada Islam berkuasa pada tahun 2002.
Perselisihan diplomatik adalah masalah terbaru yang meregangkan hubungan antara Prancis dan Turki, yang merupakan sekutu di bawah NATO.
Meski tergabung di NATO, kedua negara tidak setuju pada berbagai masalah geo-politik, termasuk perang saudara di Suriah dan Libya, dan konflik antara Armenia dan Azerbaijan atas sengketa Nagorno- Karabakh.