Rusia Menahan 1.000 Lebih Pedemo yang Membela Alexei Navalny
Berita Baru, Internsional – Polisi menahan lebih dari 1.000 orang dan membubarkan aksi unjuk rasa di seluruh Rusia pada Minggu (31/1), yang memprotes pemenjaraan Alexei Navalny.
Unjuk rasa nasional menyusul protes besar akhir pekan lalu merupakan bagian dari kampanye untuk menekan Kremlin agar membebaskan lawan paling menonjol Presiden Vladimir Putin, Alexei Navalny.
Navalny, seperti dilansir dari Reuters, ditangkap pada 17 Januari setelah kembali dari Jerman dan pulih dari zat saraf yang meracuninya di Rusia musim panas lalu. Dia menuduh Putin memerintahkan pembunuhannya, yang dibantah Kremlin.
Sekitar pukul 0900 GMT, polisi di Moskow menahan sedikitnya 100 orang saat demonstrasi baru dimulai, kata wartawan Reuters. OVD-Info, sebuah kelompok pemantau protes mengatakan polisi telah menahan 1.009 orang di seluruh negeri.
Yulia (40), salah satu pserta aksi mengatakan bahwa dia nekat datang dalam protes tersebut meski mengalami ketakutan karena khawatir akan dampaknya jika ambil bagian.
“Saya mengerti bahwa saya hidup dalam keadaan tanpa hukum sama sekali. Di negara polisi, tanpa pengadilan independen. Di negara yang dikuasai korupsi. Saya ingin hidup berbeda,” katanya.
Polisi mengatakan protes itu ilegal karena tidak diizinkan dan akan dibubarkan. Pihak berwenang mengatakan demonstran dapat menyebarkan COVID-19.
Kerumunan pengunjuk rasa tersebar di sekitar Moskow setelah dua kali perubahan titik kumpul oleh penanggungjawab aksi. Hal itu dikarenakan polisi memblokade akses pejalan kaki ke daerah-daerah ibu kota dan menutup stasiun metro.
Di kota paling timur Vladivostok, polisi mencegah pengunjuk rasa mengakses pusat kota, memaksa mereka untuk pindah ke tepi pantai di dekat Teluk Amur yang membeku.
Rekaman video yang beredar memperlihatkan paara pengunjuk berbaris dan bergandengan tangan, meneriakkan “Putin adalah pencuri.” Hujan salju dengan suhu sekitar -13 Celcius (8,6 Fahrenheit) tak menghentikan nyala semangat peserta aksi.
“Ini adalah pertama kalinya saya datang ke protes. Saya hanya muak dengan pelanggaran hukum total dari pihak berwenang,” kata Ivan, yang terlibat dalam aksi tersebut.
Navalny (44), dituduh melakukan pelanggaran pembebasan bersyarat yang katanya dibuat-buat. Minggu depan pengadilan akan memanggilnya kembali untuk memberinya hukuman penjara hingga tiga setengah tahun.
Barat telah memberi tahu Moskow untuk melepaskan Navalny dengan sekutunya meminta Presiden AS, Joe Biden, menjatuhkan sanksi pada 35 orang yang mereka katakan sebagai sekutu dekat Putin.
Untuk menggalang dukungan, Navalny merilis video online yang telah dilihat lebih dari 100 juta kali, menuduh Putin sebagai pemilik utama istana Laut Hitam yang mewah. Pemimpin Kremlin membantahnya.
Menjelang protes, Arkady Rotenberg, seorang pengusaha dan mantan mitra tanding judo Putin, mengatakan bahwa dia memiliki properti tersebut.