Riset: Tatap Muka Daring Membuat Banyak Orang Ingin Melakukan Operasi Plastik
Berita Baru, Amerika Serikat – Dari hasil riset, ternyata tidak sedikit orang yang ingin melakukan operasi plastik. Fenomena ini tak lepas dari semakin sering mereka melihat wajah mereka sendiri selama panggilan video di layanan daring seperti Zoom.
Dilansir dari Dailymail.co.uk, Ahli bedah dari AS telah mencatat bahwa lebih banyak pasien operasi mengalami ketidakpuasan dengan tubuh mereka sendiri. Hal ini diakibatkan karena penampilan mereka saat melakukan panggilan daring.
Hidung dan kerutan tampaknya menjadi keluhan paling umum yang ditimbulkan oleh fenomena ini, yang oleh para ahli disebut fenomena ‘Dysmorphia Zoom’.
Selain itu, tahun ini dalam masa lockdown pandemi tercatat adanya peningkatan tren pencarian Google untuk perawatan wajah, seperti untuk kondisi jerawat, rambut rontok dan keriput pada wajah.
Tim penelitian telah memperingatkan bahwa video call dapat mengubah penampilan orang dari penampilan mereka yang sebenarnya – dari video dapat menciptakan ilusi wajah yang lebih lebar dan hidung yang lebih lebar.
Rasa tidak aman atas penampilan diri sendiri ini terkait dengan kondisi kecemasan dan depresi individu tersebut. Kondisi ini justru terasa lebih parah di tengah masa lockdown pandemi corona.
Tahun lalu, sebelum COVID-19, sebuah penelitian menemukan bahwa 72 persen pasien bedah kosmetik beralasan dalam rangka untuk meningkatkan kualitas selfie mereka.
Lebih lanjut, para ahli menemukan bahwa tingkat keterlibatan individu yang lebih tinggi di media sosial berkorelasi dengan peningkatan ketidakpuasan pada tubuh mereka.
“Kehidupan yang dihabiskan secara tidak proporsional di aplikasi Zoom dapat memicu respons komparatif dan kritis terhadap wujud diri sendiri” kata penulis makalah dan dokter kulit Arianne Shadi Koroush dari Rumah Sakit Umum Massachusetts, pada Senin (16/11)
Karena fenomena ini, dapat menyebabkan pasien bergegas ke dokter mereka untuk perawatan yang mungkin tidak mereka pertimbangkan sebelum nya, sebelum sering menggunkan video.
Sebelumnya, salah satu studi menemukan bahwa potret kamera gawai yang diambil dari jarak 12 inci meningkatkan ukuran hidung yang dirasakan sebesar 30 persen jika dibandingkan dengan yang diambil pada jarak 2 meter.
“Dengan kamera seperti webcam pasti merekam individu pada panjang fokus yang lebih pendek. Hal ini cenderung menghasilkan wajah yang lebih bulat secara keseluruhan, mata yang lebih lebar, dan hidung yang lebih lebar.’
“Karena itu, penting bagi pasien untuk mengenali keterbatasan kamera webcam dan memahami bahwa itu representasi realitas yang salah dan tidak sesuai kenyataan bentuk wajah mereka ” Ungkap Dr Shadi.
“Adanya kenaikan baru-baru ini pada pasien yang mencari prosedur kosmetik hanya karena mereka sekarang melihat ketidaksempurnaan mereka di kamera setiap harinya.”
“Atau karena kerutan yang mereka lihat di layar membuat mereka terlihat lebih tertekan di mata orang lain. Teori dalam konteks Zoom sangat menarik, karena sebetulnya pasien juga adalah penonton dari diri mereka sendiri juga.”
“Mereka mungkin menganggap diri mereka sedih karena kerutan yang mereka lihat, yang selanjutnya berdampak negatif pada emosi mereka, yang mengarah ke siklus penghinaan diri sendiri yang berbahaya.”
“Ini menjadi perhatian utama ketika seseorang menjadi terlalu disibukkan dengan kecatatan yang lebih kearah imajinasi.”tambah Dr Shadi.
“ Pandemi COVID-19 telah secara radikal mengubah frekuensi kita dalam menghadapi citra kita sendiri, ” kata ahli bedah plastik Benjamin Marcus dari Rumah Sakit dan Klinik Universitas Wisconsin pada senin (16/11).
“Pergeseran ke pekerjaan online, belajar dan bahkan bersosialisasi telah secara dramatis meningkatkan waktu kita dalam mengamati diri kita sendiri secara detail.” Tambah Benjamin.
“ Hal ini penting dan harus selalu menjadi tugas para ahli bedah untuk memahami motivasi yang mendorong individu untuk melakukan operasi plastik”, tambah ahli bedah wajah dan rekonstruksi Travis Tollefson dari University of California, Davis.
“Sekarang ini, (melebihi sebelumnya), keadaan yang unik dapat mendorong harapan pasien yang harus kita (para dokter) pertimbangkan.”