Rehabilitasi Mangrove, Upaya Dongkrak Kesejahteraan Warga
Berita Baru, Jakarta – Program rehabilitasi mangrove merupakan bagian dari upaya mendongkrak kesejahteraan warga. Karena dalam ekosistem bakau banyak jasad renik yang bisa menjadi pakan alami bagi ikan, udang maupun kepiting.
Hal ini disampaikan Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara saat mengunjungi kegiatan rehabilitasi mangrove di Muara Badak, Kalimantan Timur, Sabtu (15/7).
“Hari ini kita melihat bagaimana program rehabilitasi mangrove yang berkaitan erat dengan kesejahteraan masyarakat, maka merehabilitasi mangrove berarti turut meningkatkan kesejahteraan warga,” demikian kata Suahasil Nazara sebagaimana dikutip dari keterangan persnya.
Menurutnya, upaya memulihkan ekosistem mangrove terus digencarkan melalui kegiatan percepatan rehabilitasi, terutama dalam kegiatan kontinuitas produksi perikanan dan mitigasi perubahan iklim.
Suahasil Nazara mengungkap, mangrove mampu menyerap karbon 3-5 kali lipat lebih besar dari hutan tropis daratan. Potensi mangrove juga berkontribusi dalam pencapaian Nationally Determined Contribution (NDC) pada 2030.
“Yakni komitmen dan aksi iklim sebuah negara yang dikomunikasikan kepada dunia melalui United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC),” katanya.
“Dari komitmen ini kemudian Pemerintah Indonesia melakukan percepatan rehabilitasi mangrove melalui pembentukan Badan Restorasi Gambut dan Rehabilitasi Mangrove (BRGM),” sambung Suahasil Nazara.
Untuk itu, BRGM bersama Kementerian Keuangan RI dalam kunjungan kerja ini melihat langsung kegiatan rehabilitasi mangrove yang dilaksanakan masyarakat di dua desa, yakni Desa Muara Badak Ulu dan Desa Salo Palai, Kecamatan Muara Badak, Kabupaten Kutai Kartanegara.
Rehabilitasi di kedua desa ini, Wamenkeu melihat langsung pola tanam mangrove yang digunakan masyarakat setempat melalui pendampingan dengan pola Silvofishery, yakni tambak perikanan dengan tanpa merusak pohon itu, justru melakukan penanaman jika di lahan tambak tidak terdapat mangrove.
Pola tanaman Silvofishery merupakan pendekatan antara konservasi dan pemanfaatan kawasan mangrove, sehingga masyarakat dapat memanfaatkan hutan bakau itu untuk budi daya perikanan sekaligus dapat memulihkan kondisi ekosistem pohon itu sendiri.
Sementara Kepala BRGM Hartono menambahkan, rehabilitasi mangrove bukan hanya pemulihan lingkungan, namun masyarakat juga dapat terlibat dan mendapatkan manfaat secara langsung, salah satunya melalui Silvofishery yang dapat meningkatkan produksi perikanan.
“Kami berterima kasih atas kedatangan Wakil Menteri Keuangan untuk melihat rehabilitasi mangrove yang ada di desa ini. Kami harap dengan dukungan berbagai pihak, maka percepatan rehabilitasi mangrove dapat berjalan optimal,” tegas Hartono.