Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Peringati Hari Pers Nasional, IKPM Sumsel-DIY Gelar Diskusi Publik

Peringati Hari Pers Nasional, IKPM Sumsel-DIY Gelar Diskusi Publik



Berita Baru, Jakarta – Memperingati Hari Pers Nasional yang jatuh pada Rabu 9 Februari 2022, Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa (IKPM) Sumatera Selatan Yogyakarta menggelar diskusi publik bertajuk “Pers Sebagai Pilar Demokrasi” di Gedung Sriwijaya.

Agenda tersebut menghadirkan tiga narasumber, di antaranya Octo Lampito dari Kedaulatan Rakyat, Abulaka Arcaida, divisi media PWNU DIY dan Odent Muhammad dari Beritabaru.co.

Menurut penjelasan dari Barron Tornado, ketua pelaksana diskusi, acara tersebut dihadiri oleh 17 IKPM kabupaten/kota se-Sumatera Selatan.

Selain sebagai wadah untuk menjalin silaturrahmi antar IKPM se-Sumatera Selatan, Tornado juga menyampaikan harapan diadakannya diskusi tersebut yaitu menumbuhkan intelektualitas anggota di bidang pers.

“Yang terpenting adalah anggota dapat menjalankan hasil musyawarah anggota ke-18 tentang rekomendasi BSOP jurnalistik IKPM Sulsel Yogyakarta,” tambahnya.

Berlangsung dari pukul 13.00 WIB sampai 16.00 WIB, diskusi berlangsung hangat dan dialektis, terlihat dari antusias peserta untuk bertanya dan menyampaikan pendapatnya.

Sebagai mahasiswa, kata Abulaka, IKPM  Sumatera Selatan Yogyakarta harus memiliki kemampuan jurnalistik.

Menurut Octo Lampito, di era disrupsi seperti hari ini, banyak terjadi inovasi dan perubahan besar-besaran yang secara fundamental mengubah semua sistem termasuk di dunia pers.

“Pers dengan media massanya dituntut untuk mampu, bukan lagi sekadar memberi informasi kepada publik, tetapi agar lebih bijak dalam bersikap, sehingga pers memiliki komitmen untuk menjadi bagian dari musyawarah. Media massa harus menjadi pencerah di tengah tsunami informasi yang terjadi,” kata Octo.

Sementara menurut Odent Muhammad, hakikat sebuah media adalah menyalurkan informasi, mengedukasi dan memberikan hiburan kepada masyarakat, selain juga melakukan otokritik sosial.

“Dengan demikian, media menjadi bagian dari suatu sistem check and balance yang seharusnya juga memiliki kemampuan dan kapasitas untuk mengingatkan atau bahkan menegur semua elemen masyarakat, baik yang sedang berkuasa maupun dikuasai,” tambahnya.