Pemerintah Jamin Ketersediaan Beras Hingga Akhir 2022
Berita Baru, Jakarta – Pemerintah memastikan stok beras dan bahan pangan lainnya aman hingga akhir 2022. Hal itu disampaikan berdasarkan hasil Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas) Kebijakan Pangan, Jumat (2/9/2022).
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan untuk mencapai kondisi itu pemerintah memutuskan kebijakan pembelian gabah atau beras petani dengan fleksibilitas harga.
“Dalam Rakortas diputuskan yang pertama tentang kebijakan pembelian gabah atau beras petani dengan fleksibilitas harga,” kata Airlangga, dikutip dari Antara, Sabtu (3/9/2022).
Rakortas juga memutuskan Perum Bulog yang akan bertugas melakukan pembelian gabah atau beras dengan menggunakan fleksibilitas harga dalam rangka penguatan stok cadangan beras pemerintah (CBP)
Panen gadu petani diperkirakan akan menghasilkan sebanyak lima juta ton. Untuk itu, Bulog diharapkan dapat menyerap sampai 1,2 juta ton dengan fleksibilitas harga.
Airlangga mengatakan pemerintah juga akan secara intens memonitor dan mengevaluasi penerapan kebijakan pangan nasional agar sesuai dengan kondisi terkini. Hal tersebut dilakukan agar kebutuhan pangan masyarakat dapat terpenuhi secara merata.
Lebih lanjut, Airlangga menjelaskan bahwa pada Agustus 2022, bahan makanan mengalami deflasi sebesar 2,64 persen secara bulanan (month to month/mtm).
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. (Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden)
Secara rinci, komoditas bahan makanan yang memberikan andil deflasi pada Agustus 2022 adalah bawang merah 0,15 persen, cabai merah 0,12 persen, cabai rawit 0,07 persen, minyak goreng 0,06 persen. Kemudian daging ayam ras 0,06 persen, tomat 0,03 persen, ikan segar, jeruk dan bawang putih masing-masing 0,01 persen.
Sementara komoditas yang memberikan andil dalam inflasi yaitu telur ayam ras dan beras masing-masing 0,02 persen.
“Dari angka tersebut, kemarin kita juga telah rapat dengan seluruh gubernur dan meminta seluruh gubernur untuk membantu menekan inflasi melalui berbagai upaya antara lain dengan operasi pasar dan mengatur transportasi sebagai dukungan memperlancar distribusi,” tutur Airlangga.
Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencacat deflasi sebesar 0,21 persen selama Agustus dibandingkan bulan sebelumnya. Deflasi ini terdalam sejak September 2019 yang pada saat itu tercatat 0,27 persen.
Kepala BPS Margo Yuwono menyebutkan deflasi ini terjadi karena berbagai harga bahan pangan utama di pasar turun harga di bulan lalu.
“Komoditas utama penyumbang deflasi pada Agustus 2022 ini berasal dari bawang merah, cabai merah, cabai rawit, minyak goreng dan daging ayam ras,” terang dia dalam konferensi pers virtual, Kamis (1/9).
Dari 90 kota yang diamati pergerakan harganya oleh BPS, 79 kota mengalami deflasi. Dilihat berdasarkan komponen, deflasi terjadi ditopang oleh harga bergejolak yang memberikan andil 0,51 persen (mtm) atau tercatat 8,93 persen (yoy). Ini dikarenakan harga bahan pangan turun.
“Tapi pada harga bergejolak masih terdapat komoditas alami inflasi. Utamanya beras dan telur ayam ras,” katanya.