Pemerintah Hapus Angka Kematian dari Indikator, dr. Tirta: Bilang Aja Penanganan Pandemi Kurang Sukses, Gak Usah Malu-malu
Berita Baru, Jakarta – Penerarapan PPKM level 3 dan 4 di pulau Jawa dan Bali resmi diperpanjang hingga 16 Agustus. Selain itu pemerintah juga akan melakukan perubahan peraturan yakni meniadakan angka kematian dari indikator penanganan COVID-19.
Kondosi di lapangan, meski ada sejumlah daerah yang mengalami perbaikan situasi, namun dalam beberapa hari terakhir angka kematian akibat COVID-19 tercatat hingga di atas 1.000 orang per hari.
Padahal, angka kasus konfirmasi di Jawa dan Bali mengalami penurunan yang cukup signifikan di beberapa mayoritas provinsi, salah satunya di DKI Jakarta selama penerapan PPKM.
Menurut Koordinator PPKM Jawa-Bali, Luhut Binsar Pandjaitan, hal itu diakibatkan oleh adanya kesalahan pada saat memasukkan data kematian yang diakibatkan terkonfermasi positif COVID-19.
“Evaluasi tersebut kami lakukan dengan mengeluarkan indikator kematian dalam penilaian karena kami temukan adanya input data yang merupakan akumulasi angka kematian selama beberapa minggu ke belakang sehingga menimbulkan distorsi dalam penilaian,” jelas luhut dalam konferensi pers virtual, Senin (9/8) malam.
Sontak rencana pemerintah tersebut menuai respon dari salah satu influencer yang aktif memberikan sosialisasi dan edukasi terkait protokol kesehatan COVID-19, ialah dr. Tirta.
Dalam akun Instagramnya, dr. Tirta menyatakan bahwa penanganan pandemi yang dilakukan pemerintah kurang sukses, sehingga indikator angka kematian dihapus agar kelihatan sukses.
“Bilang aja penanganan pandemi ‘kurang sukses’. Makanya angka kematian dihapus dari indikator, biar bisa keliatan sukses. Karena angka kematian gak turun-turun to? Makanya dihapuskan jadi syarat. Jadi cuma buat update. Sudah lah ngaku aja,” tulis dr. Tirta dalam caption unggahan sebuah foto berita tentang tentang rencana penghapusan angka kematian dari indikator penanganan COVID-19 di Indonesia, Selasa (10/8).
Menurut Tirta, seharusnya pemerintah tidak usah malu untuk mengakui kegagalannya dalam menangani pandemi. Ia juga mengatakan bahwa dirinya dan masyarakat Indonesia akan menerima kegagalan tersebut.
“Gak usah malu-malu, kita terima kok. Dosis vaksin gak merata. Faskes gak imbang. PCR di beberapa kota masih 5 hari. Bansos korup. Ditambah penghapusan angka kematian. Ngajak rapat relawan buat ada-ada aja agar terbukti mendengarkan kritik,” tegasnya.