Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

OMS Desak Hentikan Promosi dan Implementasi Carbon Capture Storage

OMS Desak Hentikan Promosi dan Implementasi Carbon Capture Storage



Berita Baru, Jakarta – Organisasi masyarakat sipil (OMS) di Indonesia mengkritik pelaksanaan The International and Indonesia CCS Forum 2024, yang mempromosikan teknologi CCS (Carbon Capture Storage) sebagai solusi pengurangan emisi gas rumah kaca. Menurut mereka, teknologi ini tidak berhasil mencapai tujuannya dan justru menambah beban finansial serta berdampak buruk pada lingkungan dan kesehatan.

“Teknologi ini memiliki sejarah panjang tantangan teknis dan finansial yang signifikan yang mengakibatkan proyek-proyek CCS berakhir dengan kegagalan,” demikian dikutip dari rilis resmi Walhi, Rabu (31/7/2024). Mereka mencontohkan proyek CCS Gorgon di Australia yang memerlukan tambahan pembiayaan antara US$100 juta hingga US$184 juta karena kekurangan target karbon dioksida sebesar 5,23 juta ton.

Selain itu, proyek CCS di Aljazair harus dihentikan pada tahun 2011 akibat kekhawatiran kebocoran, dan proyek CCS Sleipner di Norwegia menunjukkan CO₂ yang telah disuntikkan bermigrasi lebih cepat dari yang diperkirakan.

Sebuah laporan dari Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA) mengungkapkan, dari 13 proyek CCS/CCUS berskala besar di dunia, hanya menghasilkan 39 juta ton CO₂ per tahun, yang hanya sekitar 1/10.000 dari total 36 miliar ton emisi global pada tahun 2021.

Selain tantangan teknis, teknologi CCS juga menghadapi masalah lingkungan. Proyek CCS dapat menyebabkan peningkatan tekanan air, pengasaman laut, dan memicu gempa bumi akibat injeksi CO₂. Risiko kesehatan akibat kebocoran CO₂ juga menjadi perhatian, seperti insiden pada tahun 2020 di Mississippi, AS, yang mengakibatkan evakuasi lebih dari 200 orang dan rawat inap 45 orang karena keracunan karbon dioksida.

“Pendekatan ini hanya akan melanggengkan inefisiensi energi karena besarnya konsumsi energi yang dibutuhkan dalam fase-fase tertentu operasi CCS,” tambah perwakilan tersebut. Fase penangkapan dan kompresi karbon saja memerlukan 330–420 kWh per ton CO₂ yang ditangkap, yang dapat meningkatkan permintaan energi hingga 15%–25%.

Organisasi masyarakat sipil juga menyoroti masalah penyimpanan permanen karbon. Menurut mereka, memastikan karbon dapat disimpan secara stabil dalam jangka waktu yang panjang hampir mustahil, dan tanggung jawab ini pada akhirnya akan jatuh ke pemerintah negara tempat CO₂ diinjeksikan.

Dengan mempertimbangkan semua masalah ini, organisasi masyarakat sipil mendesak Pemerintah Indonesia untuk berhenti mempromosikan CCS/CCUS sebagai bagian dari upaya penurunan emisi gas rumah kaca. Mereka menilai teknologi ini sebagai solusi palsu yang hanya memperpanjang penggunaan bahan bakar fosil dan memperburuk krisis iklim.

“CCS/CCUS tidak lebih adalah solusi palsu dari upaya mencegah pemanasan global dan krisis iklim,” tutup perwakilan tersebut.