Meninggal dalam Tahanan Junta, Penyair Khet Thi Dikembalikan dengan Kondisi Organ Diambil
Berita Baru, Internasional – Penyair Myanmar, Khet Thi, yang karyanya menyatakan perlawanan terhadap junta yang berkuasa, telah meninggal dalam tahanan dan tubuhnya dikembalikan dengan kondisi organ diambil, kata keluarganya.
Juru bicara junta tidak menjawab panggilan ketika dimintai komentar atas kematian Khet Thi. Ia menulis kalimat “Mereka menembak di kepala, tetapi mereka tidak tahu revolusi ada di hati.”
Seperti dilansir dari The Guardian, Istri Khet Thi mengatakan ia dan suaminya ditangkap untuk diinterogasi pada hari Sabtu (9/5), oleh tentara bersenjata dan polisi di pusat kota Shwebo, di wilayah Sagaing – pusat perlawanan terhadap kudeta di mana pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi digulingkan.
“Saya diinterogasi. Begitu pula dia. Mereka bilang dia ada di pusat interogasi. Tapi dia tidak kembali, hanya tubuhnya,” kata Chaw Su, istri Khet Thi kepada BBC berbahasa Burma.
“Mereka menelepon saya di pagi hari dan menyuruh saya untuk menemuinya di rumah sakit di Monywa. Saya pikir itu hanya untuk patah lengan atau semacamnya… Tapi ketika saya tiba di sini, dia berada di kamar mayat dan organ dalamnya diambil,” katanya.
Karena memiliki riwayat penyakit jantung, Chaw Su tidak mau repot-repot membaca sertifikat kematian karena dia yakin kabar itu tidak benar, kata Chaw Su. Reuters tidak dapat menghubungi rumah sakit untuk memberikan komentar.
Menurut keterangan Chaw Su, tentara telah berencana untuk menguburkan jasad Khet Thi, tetapi ia meminta kepada junta untuk mengembalikan jenazah suaminya. Chaw Su tidak mengatakan bagaimana dia tahu organ suaminya telah diambil.
“Dia meninggal di rumah sakit setelah disiksa di pusat interogasi,” kata kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Narapidana Politik dalam sebuah buletin yang menyebutkan jumlah warga sipil yang tewas sejak kudeta pada 780.
Kelompok tersebut, yang memantau rincian pembunuhan, tidak mengidentifikasi sumber informasinya.
Khet Thi, adalah penyair ketiga yang tewas selama protes sejak kudeta 1 Februari. Sebelumnya, telah berpulang Penyair K Za Win (39), ditembak mati selama protes di Monywa pada awal Maret.
Khet Thi adalah seorang insinyur sebelum akhirnya berhenti dari pekerjaannya pada tahun 2012 untuk fokus pada puisinya dan menghidupi dirinya dengan membuat dan menjual es krim dan kue.
“Saya tidak ingin menjadi pahlawan, saya tidak ingin menjadi martir, saya tidak ingin menjadi orang lemah, saya tidak ingin menjadi orang bodoh,” tulisnya dua minggu setelah kudeta. “Saya tidak ingin mendukung ketidakadilan. Jika saya hanya punya waktu satu menit untuk hidup, saya ingin hati nurani saya bersih untuk saat itu. “
Baru-baru ini, dia menulis bahwa dia adalah seorang pemain gitar, pembuat kue dan penyair – bukan seseorang yang bisa menembakkan senjata.
“Orang-orang saya ditembak dan saya hanya bisa melempar puisi,” tulisnya. “Tapi jika kamu yakin suaramu tidak cukup, maka kamu perlu memilih senjata dengan hati-hati. Aku akan menembak.”