Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Penyair Myanmar Tewas dengan Organ Tubuh Hilang di Tangan Junta Militer

Penyair Myanmar Tewas dengan Organ Tubuh Hilang di Tangan Junta Militer



Berita Baru, Internasional – Penyair Myanmar, Khet Thi tewas di tangan junta militer dengan sebagian organ tubuhnya hilang. Khet termasuk penyair yang kerap menyatakan perlawanan melalui Karya-karyanya.

Istri Khet Thi, Chaw Su mengatakan bahwa dirinya dan suami, pada Sabtu (8/3) dibawa militer Myanmar ke pusat kota Shwebo, Sagaing untuk diinterogasi.

“Saya diinterogasi, begitu pula dia. Mereka bilang dia ada di pusat interogasi. Tapi dia tidak kembali, hanya tubuhnya,” kata Chaw Su, seperti dilansir dari BBC, Senin (10/5).

Chaw Su menuturkan, sebelum mengetahui kematian Khet, dirinya ditelepon militer Myanmar dan meminta untuk menemui sang suami di rumah sakit di Monywa.

“Saya pikir itu hanya untuk lengan yang patah atau semacamnya. Tapi ketika saya tiba di sini (rumah sakit), dia berada di kamar mayat dan organ dalamnya diambil,” tuturnya.

Menurut Chaw, pihak rumah sakit memberikan keterangan bahwa sang suami memiliki penyakit jantung. Namun, ia tidak mau repot-repot membaca sertifikat kematian Khet, lantaran yakin tidak akan sesuai dengan kondisi sebenarnya.

Lebih lanjut Chaw Su menuturkan, tentara berencana akan menguburkan jenazah Khet Thi, namun dirinya meminta kepada pihak berwenang untuk mengambil dan mengibur sendiri jenazah suaminya.

Hingga saa ini pihak rumah sakit tidak memberi tanggapan apapun, saat wartawan Reuters mencoba menghubungi untuk memintai keterangan.

Kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) juga ikut buka suara. Mereka menyebut penyair Khet Thi meninggal di rumah sakit setelah disiksa di pusat interogasi.

“Khet Thi merupakan penyair ketiga yang tewas selama protes sejak kudeta 1 Februari. Penyair lain, K Za Win, tertembak saat protes berlangsung di Monywa pada awal Maret lalu,” jelasnya.

Seperti diketahui, Khet Thi mulanya adalah seorang insinyur yang akhirnya memilih berhenti dari pekerjaannya di tahun 2012 dan ia menfokuskan diri pada puisi-puisinya. Untuk memenuhi kebutuhan keluarga, Khet Thi berjualan es krim dan kue-kue.

“Saya tidak ingin mendukung ketidakadilan. Jika saya hanya punya waktu satu menit untuk hidup, saya ingin hati nurani saya bersih untuk saat itu,” tulis Khet Thi dua minggu usai kudeta.

Khen juga sempat menulis bahwa dirinya adalah seorang pemain gitar, pembuat kue dan penyair, bukan seseorang yang bisa menembakkan senjata. “Orang-orang saya ditembak dan saya hanya bisa melempar puisi,” tulisnya.

Karena kekerasan yang dilakukan junta mileter Myanmar terus terjadi, membuat Ket Thi menyiratkan perubahan. “Tapi jika kamu yakin suaramu tidak cukup, maka kamu harus memilih senjata dengan hati-hati. Aku akan menembak,” ujarnya.

Tokoh budaya dan selebritis selama ini aktif mendukung pentang kudeta. Mereka bahkan turun ke jalan untuk protes setiap hari di berbagai Myanmar, meskipun pembunuhan terus terjadi dan penangkapan tak kunjung henti.

Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik mencatat sebanyak 780 orang terbunuh sejak kudeta berlangsung. Sementara itu warga yang ditahan lantaran menolak kudeta mencapai 3.826 orang. (MKR)