Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Gencatan Senjata Libya
Fayez Mustafa al-Sarraj, perdana menteri Libya yang diakui secara internasional, mengunjungi pelabuhan Tripoli setelah serangan pada 19 Februari 2020. Foto: Ismail Zetouni/Reuters.

Konflik Libya: GNA Segera Umumkan Gencatan Senjata



Berita Baru, Internasional – Pada hari Jumat (21/8), Pemerintah Kesepakatan Nasional Libya (GNA) yang didukung PBB mengumumkan gencatan senjata di seluruh negeri dan menyerukan demiliterisasi kota strategis Sirte.

Hal itu disampaikan oleh Perdana Menteri Libya (GNA) Fayez al-Sarraj dalam sebuah pernyataan.

“… mengeluarkan instruksi kepada semua pasukan militer untuk segera menghentikan tembakan dan semua operasi tempur di semua wilayah Libya,” tulis pernyataan GNA, dilansir dari France 24.

Kota Sirte akhir-akhir ini menjadi perebutan antara GNA dan Tentara Nasional Libya (LNA), di mana wilayah itu dikuasai oleh LNA. Namun pada akhir Juli, dengan mendapat dukungan PBB, GNA mengatakan akan merebut kembali Sirte.

Dalam pernyataan terpisah, Aguila Saleh, ketua perwakilan dari LNA, juga menyerukan gencatan senjata.

Baik GNA dan LNA kini menyerukan diakhirinya blokade minyak yang diberlakukan oleh pasukan saingan sejak awal tahun ini.

Selain itu, GNA yang berbasis di Tripoli juga menyerukan pemilihan parlemen dan presiden yang diharapkan diadakan pada bulan Maret mendatang.

Libya jatuh ke dalam kekacauan ketika pemberontakan yang didukung NATO pada tahun 2011 menggulingkan Moammar Gadhafi, hingga ia kemudian terbunuh.

Sejak itu, negara yang kaya akan minyak itu terpecah di antara para suku, geng, dan kelompok lain hingga kini tersisa dua kekuatan besar, yaitu GNA dan LNA.

Kedua kelompok itu sama-sama mendapatkan dukungan dari pasukan asing, Pasukan dari LNA didukung oleh Rusia, UEA dan Mesir sementara GNA didukung oleh Turki, AS dan PBB.

GNA dipimpin oleh Jenderal Fayez Sarraj, dan LNA dipimpin oleh Jenderal Fayez Sarraj. GNA berbasis di Tripoli, sementara LNA berbasis di Tobruk.

Misi Dukungan PBB di Libya menyambut baik kedua pernyataan tersebut, dan menyerukan pengusiran semua pasukan asing dan tentara bayaran di Libya.