Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Kisah Ibad, Mahasiswa yang Rela Jadi Kurir Pengantar Barang Demi Biayai Kuliah

Kisah Ibad, Mahasiswa yang Rela Jadi Kurir Pengantar Barang Demi Biayai Kuliah



Oleh : Faiz Abdalla
Surabaya, 07 November 2020


Ibadur Rohman, seorang pemuda asal Desa Asemmanis, Kecamatan Sidayu, Gresik yang kini tengah menyelesaikan kuliah semester V Prodi Manajemen di STIENU Trate Gresik.

Sekitar sebulan lalu. Saya berkirim sebuah barang ke seseorang. Kemudian saya meminta nomer kontak seorang kurir kepada teman saya. Nomor Ibad (begitu ia disapa, red) itulah yang saya terima.

Singkat cerita. Meski saya sudah hubungi nomer tersebut. Tapi saya tidak jadi berkirim barang itu. Sebab satu hal. Pun saya belum menyampaikan maksud saya menghubungi.

Hari-hari berlalu. Ternyata Si Kurir itu masih menyimpan nomorku. Status WhatsApp dia pun selalu tersedia mampang di layar hapeku.

Ia selalu membagikan cerita pekerjaannya. Tentang pekerjaan menjadi seorang kurir yang tampak sangat ia nikmati dan syukuri.

Mulai motor supra lama yang selalu dipakai memuat barang dari belakang sampai depan. Hanya sisa tempat duduk dia. Ditambah kaca spion pecah separuh. Bahkan kaca lampu sign baik depan maupun belakang juga pecah separuh.

Ketika musim hujan tiba. Terpaksa ia menahan motornya, mengamankan semua barangnya, pernah juga ketika ngurir nyasar ke sawah-sawah, ke pelosok-pelosok karena petunjuk arah yang ia terima salah.

Semua itu ia ceritakan dengan riang oleh Ibad. Lalu sesekali, ia memosting tentang kuliah dia. Sejak itu, saya mulai tertarik dengan dia.

Ternyata, pekerjaan jadi kurir atau jasa pengantar barang itu ia lakukan sejak lulus sekolah tepatnya mulai libur panjang setelah ujian nasional saat SMA tahun 2018 silam.

Kala itu, ia matur ke ibundanya agar ia bisa melanjutkan kuliah. Namun, sang Ibu menjawab, jika benar-benar memiliki niat kuliah, maka ia harua mencari biaya sendiri.

“Kalau sampean pingin kuliah, ibu nggak bisa membiayai. Sampean harus nyari biaya kuliah sendiri. Mas dan mbaknya sampean kuliah cari biaya sendiri,” tutur Sang Ibu.

Tak putus asa dengan jawaban sang Ibu, Ibad pun memenuhi jawaban itu.

“Bismillah, Bu,” kata ia penuh yakin.

Mulanya, ia diminta tetangganya mengantar jajan rumahan ke pelanggannya. Dari situ, ia jadi sering diminta tetangga-tetangga yang lain ngantar produk jajanan rumahan.

Nah, setiap rumah pelanggan yang ia tuju, ia simpan nomer WA-nya. Dengan penuh keyakinan, nomer-nomer itu akan menghubungi dirinya bila butuh jasa pengantar barang. Ternyata benar. Sejak itulah, ia mulai menggeluti jasa pengantaran barang atau kurir itu.

Setiap hari sekitar jam 09.00 pagi, ia pergi mengambili barang yang akan ia kirim ke Gresik Kota. Itu berdasar hasil rekapan pesanan yang dibuka tiap malamnya. Setelah barang-barang itu ia tata tumpuk rapi di motornya. Barulah ia berangkat. Selanjutnya, andaikan ada, ia akan mengantarkan kiriman barang ke arah utara sampai Kecamatan Panceng hingga sore.

Setelah ia istirahat sebentar, Barulah pukul 04.00 sore, ia berangkat kuliah sampai malam.

Rutinitas seperti itu ia lakukan mulai pertama kuliah sampai mengantarkannya ke semester lima. Sebuah cerita sangat menginspirasi tentang perjuangan. Betapa berharganya suatu impian yang bisa kita raih dengan perjuangan dan ridlo ibu.