Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Kisah Elbanis, Penggagas Media Online di Gresik Belajar dari Ketua DPW Gerindra Jatim

Kisah Elbanis, Penggagas Media Online di Gresik Belajar dari Ketua DPW Gerindra Jatim



Berita Baru, Tokoh – “Aku menulis maka aku ada. Menulislah karena dengan menulis orang akan tahu eksistensinya,” demikian filosofi Ahmad Yani Elbanis, seorang yang berkecimpung di dunia jurnalistik selama 20 tahun ini. Ia memulai kegiatan tulis-menulis sejak menjadi mahasiswa di Fakultas Ushuluddin Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surabaya kini dikenal Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (Uinsa) Surabaya. 

Majalah Kampus Forma menjadi cikal-bakal keakraban sosok Elbanis dengan jurnalistik. “Saya semasa kuliah sudah dikenalkan dunia jurnalistik oleh para senior kampus,” ujar Yani Elbanis. Pria yang lahir di sebuah desa di Kecamatan Wringinanom, Kabupaten Gresik ini, melanjutkan menjadi wartawan di Radar Mojokerto dan Radar Gresik di tahun 2000-2003. Kemudian ia berlabuh di Harian Duta Masyarakat 2003-2006, Harian Bangsa 2007, Harian Surabaya Pagi 2008 dan Kabarpemilu.com program PSO LKBN Antara 2009. 

Elbanis mengisahkan sewaktu mahasiswa salah satun mentornya di bidang jurnalistik adalah Anwar Sadar. Kala itu, Sadad kini menjabat Wakil Ketua DPRD Jatim merupakan Pemred Forma. Elbanis kerap ditugaskan oleh Sadad untuk meliput ke Yogyakarta, Malang dan Jakarta serta kampus di Surabaya. Selain itu Elbanis belajar teori penulisan jurnalistik, menulis laporan, membuat topik majalah serta penulisan essai di berbagai kampus Surabaya dan luar daerah. Ia juga aktif di Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) bersama Nawardi mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN Surabaya (UINSA) yang sekarang menjadi Anggota DPD (Dewan Perwakilan Daerah) RI. 

“Saya masih ingat pertama diajak gabung di dunia jurnalistik oleh Mas Sadad, waktu itu beliau bilang ke saya kamu ikut saja jadi reporter majalah Forma, banyak manfaat misalnya kalau kamu baca buku itu butuh waktu berhari-hari bahkan sampai membaca berulangkali baru bisa paham, tapi kalau kamu mewancarai tokoh atau pengarang bukunya maka dengan cepat dapat memahami isi buku karyanya,” terang Yani Elbanis yang pernah menjadi bagian Departemen Info dan Iptek PW GP Ansor Jatim kepemimpinan MH Rofiq-Muhibbin Zuhri ini dengan tersenyum. 

Keaktifan dia di berbagai media, mengajarinya banyak hal. Di tahun 2008, Elbanis menjadi salah satu sosok yang memperkenalkan media online di Gresik. Ia menamai media barunya, beritakota.net. Jatuh-bangun ia lakoni pelan-pelan. Akses internet yang tak semudah hari ini, menjadi salah satu tantangan Elbanis. “Zaman semono masih sulit karena teknologinya kurang memadai,” katanya. Ia mesti mengunjungi warung internet (warnet) untuk mempublish laporan jurnalistiknya. Beritakota.net dibawah kendali Elbanis, tak hanya meliput isu-isu di Gresik. Ia bahkan melaporkan isu-isu di Surabaya, Tuban, Mojokerto, Jombang, dan Jakarta. 

“Dulu masih langka orang mengenal media online melalui link berita yang kita tunjukkan karena tidak tahu cara aksesnya,” ujarnya. Bagi sosok yang pernah aktif di PMII Surabaya ini, menjadi wartawan membuatnya belajar banyak hal. Tak hanya itu, teman dari berbagai latar belakang juga menjadi salah satu manfaat yang ia dapat. 

Selain itu dia saat ini juga mengelola media wartanu.online di bawah bendera PT Medianet Berita Kota, situs berita dikhususkan untuk menayangkan tulisan atau kegiatan warta Nahdliyin agar membudayakan tulis menulis yang sekarang ini sangat dibutuhkan, untuk menghadapi perkembangan informasi (medsos) terutama berita Hoax yang ujungnya mendiskriedkan Nahdliyin dalam mengamalkan amaliyah Aswaja (Ahlu as-Sunnah wa-Aljama’ah) yang diajarkan ulama/kyai NU, sehingga warga Nahdliyin perlu melek media online dalam medsos dengan mereka bisa menstransformasikan ke-NU-an berbentuk tulisan atau karya yang bisa enak mendidik dibaca umum. 

Elbanis menuturkan warga Nahdliyin banyak jumlahnya tetapi sedikit yang bisa membuat tulisan atau karya dibaca umum. Padahal hari ini era digital. “Maka ini harus dimanfaatkan.” “Terutama para santri yang di pondok pesantren bagaimana mereka diajari cara menulis agar kelak tidak hanya menjadi guru atau ustad bahkan kyai/ulama. Akan tetapi juga bisa menelorkan karya karya buku bisa dijadikan amal jariyah seperti para ulama kyai tempo dulu banyak dengan melahirkan buku, ini yang perlu kita galakkan hidupkan agar bisa membudaya tulis menulis,” imbuhnya. 

Bagi Elbanis memang setiap orang bisa mudah menulis, tapi tidak semuanya yang memenuhi standar penulisan Jurnalistik dengan Kode Etiknya UU Pers. Menurut selain perlunya mengikuti UKW (Uji Kompetensi Wartawan) dari Dewan Pers juga media online harus berbadan hukum untuk membedakan dengan dunia medsos yang setiap orang bisa membuat media online. 

“Kaedah jurnalistik dalam penulisan media harus sesuai dengan aturannya, serta media online itu harus jelas badan hukumnya, mengingat saat ini sangat banyak karena pesatnya dunia medsos sehingga orang dengan mudah membuatnya, maka kita harus bisa membedakan,” pungkas Yani Elbanis yang sudah bersertifikat UKW tingkat Madya ini.