Duta Petani Milenial Terus Motivasi Para Pemuda untuk Kembangkan Sektor Pertanian
Berita Baru, Jakarta – Meskipun baru diresmikan pada tahun 2021, Duta Petani Milenial (DPM) langsung tancap gas kampanye mengajak para pemuda untuk kembangkan sektor pertanian Indonesia, seperti yang dilakukan oleh DPM Papua Barat, Malahayati dan DPM Kabupaten Sarmi, Onesia Filep Tiris.
Malahayati menyebutkan bahwa ia optimis bisa mengajak para pemuda agar tertarik terjun dalam bidang pertanian.
“Kita membantu regenerasi petani. Dengan adanya DPM ini, kita diangkat, kita eksis, untuk bagaimana agar pemuda mulai tertarik [bertani. red]. Sekarang kelihatan banyak pemuda yang terjun ke bidang pertanian,” katanya, saat mengikuti Seri Podcast #2, Festival Petani Milenial, bertajuk Optimalisasi Peran Petani Milenial, Selasa (26/10).
Sementara itu, dalam acara yang diselenggarakan oleh The Asia Foundation (TAF) dan Perkumpulan untuk Peningkatan Usaha Kecil (PUPUK), Onesia Filep Tiris mengaku terus-menerus melakukan kampanye dan mengajak para pemuda untuk tidak gengsi menjadi petani, baik secara langsung maupun lewat media sosial.
“Saya sering menggunakan Facebook saya menyampaikan kepada teman-teman jangan pernah gengsi, jika lahan di sekitar rumah kita ada dan luas apa salahnya bertani. Percuma kalau kita melihat lahan luas, tapi kalau tidak diolah, sayang, siapa nanti yang akan olah,” ujarnya.
Dalam peranannya, baik Ones maupun Malahayati, keduanya berupaya ingin memberikan tempat dan peran kepada generasi muda dalam mengembangkan dan memajukan sektor pertanian.
Dalam melakukan kampanye dan mengajak pemuda agar percaya diri dalam bertani, Malahayati mempunyai cara yang terbilang unik. Ia memang menggaris bawahi untuk tidak perlu muluk-muluk, cukup mengajak di sekitar lingkungannya.
“Untuk mengajak petani milenial tidak usah jauh-jauh. Teman saya, yang ada di daerah saya sendiri, saya rangkul. Ayo kita bikin hidroponik. Alhamdulillah teman saya sudah ada yang berhidroponik sekarang,” imbuhnya.
Peran Petani Milenial
Dikenal melalui produk isotonik akway, Malahayati mengungkapkan bahwa produk itu sebenarnya sering digunakan oleh masyarakat asli Papua.
“Awalnya, kayu akway dimanfaatkan oleh asli Papua dalam melakukan aktivitas di hutan, tapi ternyata kayu ini manfaatnya punya manfaat yang cukup besar terutama untuk kesehatan,” jelas Malahayati.
Karena itu, Malahayati berupaya untuk melakukan budidaya tanaman endemik akway khas Papua Barat, yaitu tidak bisa ditumbuhkan di tempat lain. “Jadi bisa menjadi satu peluang juga untuk kita menaikkan komoditas yang ada di Papua,” jelasnya.
Kekhasan lain dari akway ini adalah dari rasanya, yang menurut Malahayati lebih terasa pedas jika dibandingkan dengan kayu manis, atau tanaman sejenis. Selain itu, khasiat dari kayu akway juga baik untuk stamina tubuh.
“Kayu ini memiliki khasiat yang baik untuk menambah stamina tubuh. Terutama untuk pria yang lemah syahwat dan juga bisa menjadi kontrasepsi alami,” ungkapnya.
Sementara itu, Ones juga mengaku dengan menjadi petani, ia lebih nyaman dan tenang karena tidak perlu kerja pada orang lain.
“Saya punya lahan, kalau tidak diolah tinggal-tinggal saja, tidak ada sesuatu. Kemudian saya kelola tanah itu. Yang kedua, tidak perlu saya cari kerja, cukup saya kerja di pertanian saya fokus untuk bekerja untuk diri saya sendiri,” terangnya.
One berharap dengan adanya duta petani milenial di daerah-daerah, Pemprov dan Pemda serta dina-dinas terkait membuka diri membangun kolaborasi untuk meningkatkan program-program pertanian.
“Untuk memotivasi anak-anak muda buat apa susah-susah cari pekerjaan, yang pekerjaan sebenarnya ada di depan mata. Seperti bertani, berkebun dan beternak,” tukasnya.
Hadir juga dalam acara tersebut, Puput Annisa Mutiarani mengatakan bahwa pertanian tidak semata-mata mengurusi lahan saja namun juga untuk menjaga keberlangsungan sistem ekonomi.
“Saya merasa beberapa keresahan, salah satunya semakin hari tanah secara kuantitas dan kualitas semakin berkurang,” kata Puput, sapaan akrabnya.
Puput juga menyoroti banyak lahan-lahan yang hilang, terutama di daerah tempat dia tinggal, yaitu di Yogyakarta. Ia menyebutkan bahwa hilangnya lahan-lahan tersebut sangat berdampak terhadap keberlangsungan lahan penghasil pangan.
“Perlu regenerasi petani muda untuk peduli dan menekuni dunia pertanian itu sendiri,” tuturnya.