Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Foto yang diabadikan pada 15 Januari 2023 berikut ini menunjukkan logo Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF) di Davos, Swiss. (Xinhua/Lian Yi)
Foto yang diabadikan pada 15 Januari 2023 berikut ini menunjukkan logo Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF) di Davos, Swiss. (Xinhua/Lian Yi)

Dua Pertiga Kepala Ekonom Sebut Resesi Ekonomi Global Sangat Mungkin Terjadi Pada 2023



Berita Baru, Davos — Dua pertiga dari para kepala ekonom yang berasal dari sejumlah sektor swasta dan publik memperkirakan terjadi resesi global pada 2023, menurut sebuah survei yang dirilis dalam Pertemuan Tahunan Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF) di Swiss pada Senin (16/1).

Para ekonom yang disurvei tersebut mengantisipasi pengetatan moneter lebih lanjut di Amerika Serikat (AS) dan Eropa tahun ini, dan mereka melihat ketegangan geopolitik terus menjadi faktor penentu bagi ekonomi global.

Sekitar 18 persen responden, dua kali lipat lebih dari jumlah dalam survei sebelumnya pada September 2022, menganggap resesi dunia “sangat mungkin terjadi.” Hanya sepertiga dari mereka yang menganggapnya tidak mungkin terjadi tahun ini.

Survei WEF bertajuk “Chief Economists Outlook” itu didasarkan pada 22 tanggapan dari sekelompok ekonom senior yang diambil dari sejumlah lembaga internasional, termasuk Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF), bank investasi, perusahaan multinasional, dan grup-grup reasuransi.

Menurut pernyataan WEF pada survei tersebut, terdapat konsensus yang kuat bahwa prospek pertumbuhan pada 2023 suram, terutama di Eropa dan AS.

Semua kepala ekonom yang disurvei memperkirakan pertumbuhan yang lemah atau sangat lemah pada 2023 di Eropa, sementara 91 persen memperkirakan pertumbuhan yang lemah atau sangat lemah di AS.

Ini menandai kemunduran sejak pernyataan terakhir dibandingkan angka pada survei sebelumnya, yakni 86 persen untuk Eropa dan 64 persen untuk AS.

“Inflasi yang meroket, pertumbuhan yang rendah, utang yang besar, dan lingkungan dengan fragmentasi yang tinggi saat ini mengurangi insentif-insentif bagi investasi yang diperlukan untuk ekonomi dapat kembali tumbuh dan meningkatkan standar hidup bagi mereka yang paling rentan di dunia,” kata Direktur Pelaksana WEF Saadia Zahidi dalam pernyataan itu.

“Para pemimpin harus melihat lebih jauh dari krisis saat ini untuk berinvestasi dalam inovasi pangan dan energi, pendidikan dan pengembangan keterampilan, dan dalam menciptakan lapangan kerja, pasar potensial tinggi di masa depan. Kita harus bertindak dengan cepat,” imbuhnya.

Sembilan dari 10 responden memperkirakan permintaan yang lemah dan biaya pinjaman yang tinggi akan membebani banyak perusahaan, dengan lebih dari 60 persen responden juga menyebutkan biaya input yang lebih tinggi. Tantangan-tantangan ini diperkirakan akan menyebabkan bisnis multinasional memangkas biaya, dengan banyak kepala ekonom memperkirakan sejumlah perusahaan akan mengurangi biaya operasional mereka.