Dua Ledakan Besar Mengguncang Lebanon saat Negara itu sedang Alami Keterpurukan Ekonomi
Berita Baru, Internasional – Dua ledakan besar mengguncang Beirut, Lebanon pada Selasa (4/8), menewakan 78 orang dan ribuan lainnya luka-luka. Seperti dilansir dari The Guardian, ledakan tersebut terdengar hingga 80 km (50 mil) jauhnya di utara Lebanon, mengguncang seluruh kota dan menghancurkan bangunan-bangunan.
Perdana menteri Lebanon, Hassan Diab mengatakan pusat ledakan utama berada di pelabuhan Beirut oleh sekitar 2.750 ton amonium nitra yang ditimbun selama enam tahun di sebuah gudang. Ia bersumpah akan meminta pertanggungjawaban dan menghukum pihak yang terlibat.
Mayat-mayat ditemukan di balik reruntuhan bangunan akibat ledakan, sebanyak 4.000 orang mengalami luka-luka. Insiden ini merupakan pukulan besar bagi negara tersebut, mengingat akhir-akhir ini Lebanon sedang diguncang krisis ekonomi yang cukup serius.
Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di Beirut merilis imbauan agar masyarakat tetap berada di dalam rumah dan menggunakan masker untuk menghindari efek gas beracun yang ditimbulkan akibat ledakan.
“Tuhan tolong kami dari semua bencana ini,” kata Mamdouh (25), seorang pekerja katering yang kehilangan pekerjaan pada Juni. “Jika ini kecelakaan, seperti yang mereka katakan, ini adalah yang terburuk yang tak terbayangkan. Ini seperti bom nuklir. Apa yang telah kita lakukan sehingga terjadi ini? “
Laporan awal menyebut bahwa ledakan berawal dari sebuah gudang kembang api. Kepala keamanan Libanon, Abbas Ibrahim kemudian menyalahkan habis-habisan penyimpanan bahan kimia mudah terbakar di sebuah gudang. Menteri dalam negeri, Mohammed Fahmi, mengatakan bahwa amonium nitrat berada di antara penyimpanan barang-barang tersebut dan menyerukan penyelidikan atas pembakaran bahan-bahan tersebut.
“Bicara kembang api itu konyol,” kata Ibrahim. “Tidak ada kembang api tetapi bahan yang sangat mudah meledak, dan aku tidak bisa meramalkan penyelidikan sepertinya ledakan itu terjadi di gudang bahan yang sangat eksplosif yang disita bertahun-tahun yang lalu.”
Korban tewas akibat ledakan diperkirakan akan terus bertambah seiring dengan proses evakuasi. Georges Kettaneh, seorang pejabat Palang Merah Lebanon, mengatakan bahwa korban meninggal dunia kemungkina akan lebih banyak diteukan saat tim penyelamat menyisir bangunan yang rusak.
Seorang dokter di rumah sakit St George, kurang dari 2 km (1,2 mil) dari ledakan itu, mengatakan bahwa rumah sakit telah hancur, sementara orang-orang yang mengalami luka harus mendapatkan perawatan. “Mereka membawa orang ke rumah sakit tapi kami tidak bisa menerimanya,” katanya. “Mereka memberi perawatan di luar di jalan. Rumah sakit rusak, UGD rusak.”
Seorang wanita berlumuran darah berjalan naik menyusuri reruntuhan puing bangunan yang hancur, sementara di jalan lain, seorang wanita dengan wajah berlumuran darah terhuyung-huyung melewati lalu lintas dengan dua orang di sisinya.
“Negeri ini dikutuk,” kata seorang pemuda yang lewat.
Perdana Menteri Inggris mengkonfirmasi bahwa warga negara Inggris termasuk di antara mereka yang terjebak setelah ledakan. Beberapa staf kedutaan Inggris di Beirut telah juga mengalami cedera, kata Boris Johnson.