Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Energi

Desa Mandiri Energi dan Optimisme Robi Juandry



Berita Baru, Tokoh – Ketika bertemu dengan World Bank pada 16 Februari 2022, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyampaikan, pemerintah komitmen mencapai 23 persen penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) pada bauran energi di tahun 2025.

Di akhir 2021, ungkapnya, bauran energi dari EBT mencapai 11,7 persen. Melihat potensi EBT di Indonesia yang melimpah, pemerintah optimis bisa secepatnya melakukan transisi dari energi fosil ke EBT agar target Net Zero Emission (NZE) 2060 bisa tercapai.

Di celah ini, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Dewan Energi Mahasiswa Indonesia (DEM I) Robi Juandry masuk dengan tawaran gagasan Desa Mandiri Energi (DME).

Dalam gelar wicara Bercerita Beritabaru.co ke-103, berkenaan dengan target Kementerian ESDM tersebut, Robi mengatakan DME bisa memainkan peran penting, khususnya pada bagian pemenuhan energi listrik di pedesaan.

Kenyataan bahwa DME identik dengan pengoptimalan EBT merupakan alasan mengapa demikian. Desa-desa di Indonesia, tegas Robi, memiliki Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah untuk menjadi desa mandiri energi berbasis EBT.

Ia memberi contoh sungai dan peternakan. Di banyak desa, sungai dan peternakan bisa dengan mudah ditemukan.

Melalui sungai, Pemerintah Desa (Pemdes) atau masyarakat setempat bisa mendapatkan energi dari mikro hidro dan melalui peternakan, mereka bisa memakai metode biogas.

“Dari situ kan nanti kita bisa mengalirkan listrik, sehingga desa-desa bisa mandiri energi,” ungkap Robi pada Selasa (13/9).  

Melampaui kendala laten keadilan energi

SDA di desa mendukung untuk membangun DME, tapi untuk mengalihkan aliran sungai menjadi energi listrik misalnya membutuhkan biaya yang tidak murah.

Di waktu bersamaan, Kata Robi, prioritas penganggaran nasional belum tertuju pada transisi ke EBT. Ini adalah persoalan.

“Butuh biaya memang dan sedangkan untuk konteks desa, anggaran khusus ke arah itu belum ada,” jelasnya.

Meski demikian, Robi masih optimis dengan program DME. Optimisme Robi bukan tanpa alasan.

Kepercayaannya pada DME berkelindan dengan budaya gotong royong. Robi melihat, soal anggaran, solusi selalu ada.

Pertama, desa bisa memberdayakan potensi pemuda. Jika pemuda dioptimalkan, diberi fasilitas, diberi akses untuk berjejaring, pengoptimalan SDA sebagai sumber EBT sangat mungkin terjadi.

Kedua, desa bisa memanfaatkan dana Corporate Social Responsibility (CSR) dari perusahaan yang ada di wilayahnya.

“Ini sekalian membantu mereka agar dana CSR tepat sasaran dan dana ini nilainya lumayan,” kata Robi dalam diskusi yang didampingi oleh Annisa Nuril Deanty host Beritabaru.co.  

Ketiga bisa dilakukan melalui iuran. Hari ini, tandas Robi, untuk keperluan publik, desa berpeluang untuk memanfaatkan platform iuran digital dengan sasaran seluruh masyarakat Indonesia.

“Ada banyak platform ya sekarang dan kita bisa menggunakannya untuk menggali dana guna membangun infrastruktur untuk sumber EBT di desa. Tinggal nanti kita perlu memetakan desa mana saja yang butuh dengan pertimbangan yang logis dan bermanfaat bagi publik,” paparnya.  

Dengan ungkapan lain, DME perlu untuk dikembangkan bersama. Di samping untuk memberi hak energi masyarakat yang desanya belum teraliri listik dengan baik, ini juga krusial agar Indonesia bisa memiliki energi berbasis EBT yang ramah lingkungan.