Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Fatih

Fatih Muftih dan Masa Depan Kata-Kata



Berita Baru, Tokoh – Founder Mekanikata, salah satu industri kreatif olah kata, Fatih Muftih menegaskan bahwa masa depan kata-kata cerah di Indonesia.

Hal ini ia sampaikan dalam gelar wicara Bercerita ke-90 Beritabaru.co yang tayang secara langsung via Instagram Live pada Selasa (29/3).

Menurut Fatih, generasi baru di Indonesia—yang sejak kecil akrab dengan teknologi—memiliki kesadaran yang unik terkait media sosial.

Berdasarkan risetnya, mereka bukanlah generasi yang tidak suka membaca seperti yang banyak disuarakan oleh beberapa lembaga survei internasional.

Mereka adalah pribadi yang suka membaca, tegasnya, tetapi yang menjadi persoalan adalah ketika aktivitas membaca dikerdilkan hanya sebagai membaca buku.

Fatih tidak sependapat jika membaca dilekatkan dengan buku. Membaca merupakan kegiatan untuk mendapatkan informasi dan informasi bisa datang dari mana pun, termasuk gawai dan media sosial.

“Generasi hari ini, aku pikir mereka justru rajin membaca ya dan membaca di sini bukan berarti harus buku. Saya kurang sepakat dengan survei yang menyimpulkan bahwa bangsa kita itu malas baca,” ungkapnya.

Untuk membuktikan ini, Fatih menceritakan tentang ramainya pembaca utas Twitter Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Penari yang populer beberapa tahun silam.

Utas tersebut tidak memuat gambar, video, atau audio, tetapi pembacanya sangat banyak, bahkan menjadi isu nasional, yang dari sini Fatih berpandangan bahwa masyarakat Indonesia suka membaca.

Tidak saja itu, Fatih menengarai satu hal dari fenomena tersebut, yakni bahwa mereka sebetulnya telah memiliki kesadaran tentang “kekuatan kata”.

Maksudnya, mereka percaya bahwa “kata” mempunyai satu kelebihan yang gambar dan video tidak bisa melakukannya: representasi perasaan.

Yang bisa mewakili perasaan hanyalah “kata”, tegas Fatih. Gambar dan video hanya bisa memengaruhi orang yang melihat dari aspek sentuhan visual. Persis di titik ini, masa depan kata-kata tampak jelas.

Industri olah kata

Dalam diskusi yang ditemani oleh Nureza Dwi Anggraeni ini, Fatih juga menjelaskan bahwa kesadaran masyarakat tentang “kata” berhasil melahirkan keinginan baru di level warganet dan pelaku bisnis untuk tampil “istimewa” melalui kata-kata.

Keinginan ini berhubungan dengan pembuatan kepsyen untuk media sosial, tagline, naskah film, dan sebagainya.

Untuk kasus personal, Fatih dan Mekanikata siap 24 jam melayani mereka yang membutuhkan bantuan pembuatan kepsyen di media sosial.  

“Kadang mereka itu ingin bilang begini, tapi tidak bisa menuliskannya, jadi di sinilah kami siap membantu, membantu menyusunkan kata buat teman-teman,” jelasnya.

Persoalan menyusun kata untuk kepsyen, Fatih melihat bahwa ini adalah dilema. Maksudnya, satu sisi kita percaya bahwa setiap orang bisa menulis lantaran sejak kecil diajari tentang kata, kalimat, paragraf, dan sebagainya.

Namun, pada sisi lain, pada kenyataannya, itu tidak semudah seperti yang dibayangkan. Buktinya sederhana, Fatih kerap mendapatkan pesan di Instagram dari orang tidak dikenal, meminta bantuan untuk menyusunkan kata buat kepentingan tertentu.

Jika semua orang asumsinya bisa menulis, maka pesan tersebut tidak akan sampai di kotak masuk Fatih. Intinya, tidak semua orang bisa menulis dengan efektif dan sesuai dengan apa yang ada di kepalanya.

Untuk mengggambarkan dilema tersebut, Fatih membandingkannya dengan industri fotografi. Hampir semua orang hari ini, katanya, memiliki kamera di gawainya masing-masing.

Untuk mengambil foto, mereka tentu bisa, tapi untuk menelurkan foto berkualitas yang mewakili apa adanya objek, ini lain hal. Mereka menyadari hal tersebut dan karenanya untuk konteks tertentu, seperti pernikahan, mereka tidak ragu menyewa fotografi.

“Intinya, melalui Mekanikata ini, aku ingin masyarakat itu sadar bahwa menulis itu tidak berbeda dari fotografi. Keduanya sama-sama kegiatan profesional, sehingga patut untuk diberi harga dan tidak dipandang sebelah mata,” tegasnya.