Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Nonproliferasi Nuklir
(Foto: BEHROUZ MEHRI)

AS Merusak Nonproliferasi Nuklir, Anggota JCPOA Kecewa dan Beroposisi



Berita Baru, Internasional – Pada hari Rabu (27/5), Amerika Serikat (AS) mengumumkan bahwa AS mengakhiri keringanan sanksi dalam perjanjian nuklir yang ditandatangani oleh Iran, P5+1 (Dewan Keamanaan PBB+Jerman), dan Uni Eropa pada tahun 2015, yaitu Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA).

Keputusan AS itu akan berlaku efektif selama 60 hari yang berarti akan berakhir pada tanggal 27 Juli mendatang.

Setidaknya, keputusan itu akan berpotensi merusak kemajuan nonproliferasi nuklir internasional. Atau paling tidak, AS akan membiarkan dan mengabaikan perusahaan-perusahaan Rusia, China dan Eropa untuk melakukan pengayaan di fasilitas nuklir Iran, termasuk Reaktor Bushehr (diduga memiliki kekuatan seribu megawatt), Fordow, Arak dan Teheran.

“Rezim Iran telah melanjutkan brinkmanship nuklirnya dengan memperluas kegiatan sensitif proliferasi,” klaim Sekretaris Negara Mike Pompeo dalam rilis berita pada hari Rabu (27/5) dan dijadikan alasan untuk tidak mengindahkan negara-negara melakukan penyaan nuklir.

Perancis, Jerman dan Inggris Kecewa

Menanggapi keputusan AS tersebut, pada hari Sabtu (30/5), mengutip Reuters, Perancis, Jerman dan Inggris mengeluarkan pernyataan yang mengkritik keputusan AS tersebut karena akan memungkinkan negara-negara kembali melakukan proyek pengembangan senjata nuklir di situs nuklir Iran.

 “Kami sangat menyesalkan keputusan AS untuk mengakhiri tiga pengabaian,” demikian bunyi pernyataan bersama Perancis, Jerman dan Inggris.

AS Merusak Nonproliferasi Nuklir, Anggota JCPOA Kecewa dan Beroposisi
Fasilitas nuklir air berat di dekat Arak, Iran

“Proyek-proyek ini, yang didukung oleh Resolusi 2231 Dewan Keamanan AS, melayani kepentingan non-proliferasi dari semua dan memberikan komunitas internasional jaminan sifat damai dan aman eksklusif dari kegiatan nuklir Iran,” tulis pernyataan itu.

AS Merusak Nonproliferasi Nuklir, Anggota JCPOA Kecewa dan Beroposisi
Presiden Hassan Rouhani mengunjungi pembangkit listrik tenaga nuklir Bushehr, Iran.

Sanksi terhadap Iran dan Tanggapan Iran

Selain mengumumkan mengakhiri sanksi tersebut, dalam kesempatan yang sama Mike Pompeo juga mengumumkan pemberian sanksi kepada dua ilmuan nuklir Iran Majid Agha’i dan Amjad Sazgar karena menurutnya kedua ilmuan itu berkontribusi pada penyebaran senjata pemusnah massal.

Selain itu, pada hari Rabu (27/5), mengutip Sputnik, Perwakilan Khusus AS untuk Iran Brian Hook mengatakan bahwa memberikan ‘tekanan maksimum’ kepada Iran hanya memberikan dua pilihan bagi Iran: negosiasi atau ‘keruntuhan ekonomi.’

“Karena tekanan kami, para pemimpin Iran menghadapi keputusan: bernegosiasi dengan kami atau mengelola keruntuhan ekonomi.” Ujar Brian Hook.

Menanggapi hal tersebut, Teheran menolak opsi dari Brian Hook dan tindakan dari Mike Pompeo sembari menyebut langkah-langkah itu sebagai ‘tindakan putus asa’.

Begitu jugan dengan Atomic Energy Organization of Iran (AEOI) atau Organisasi Energi Atom yang mengatakan di situs resminya bahwa keputusan AS tersebut hanya upaya mereka untuk mengalihkan opini publik dari ‘kekalahan yang terus-menerus dari Iran.’

Selain itu, menurut juru bicara AEOI, keputusan AS mengakhiri keringanan sanksi secara efektif tidak berdampak pada kelanjutan kerja Iran dalam program yang mereka sebut sebagai program energi nuklir murni.

Duta Besar Iran untuk PBB Majid Takht-Ravanchi mengatakan bahwa dengan langkah itu, Mike Pompeo berarti menghilangkan ‘penghalang akhir’ dari perjanjian nuklir. Sehingga, negara yang tersisa hanya Inggris, Cina, Prancis, Jerman dan Rusia.

China Beroposisi dengan AS

Mengutip Xinhuanet, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan pada hari Jumat (29/5) bahwa China dengan tegas menentang keputusan AS yang mengakhiri keringanan sanksi terhadap proyek-proyek nuklir Iran, termasuk konversi reaktor Arak.

Zhao mengatakan pada jumpa pers harian bahwa langkah AS menghambat kemajuan non-proliferasi internasional dan upaya untuk mempertahankan perjanjian nuklir iran.

“AS telah memilih untuk tetap berpegang pada kampanye tekanan maksimumnya terhadap Iran. Ia tidak hanya secara sepihak menarik diri dari JCPOA karena melanggar UNSCR, tetapi juga berupaya untuk menggagalkan upaya pihak lain dalam mengimplementasikan kesepakatan,” tegas Zhao.