AMAN Bentuk Kelompok Usaha di Wilayah Adat Bau Tana Toraja
Berita Baru, Jakarta – Pengurus Daerah Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Toraya resmi membentuk Kelompok Usaha Masyarakat Adat (KUMA) di wilayah adat Bau, Desa Lembang Bau, Kecamatan Bonggakaradeng, Kabupaten Tana Toraja, pada 12 September 2024. Kelompok ini diberi nama “KUMA Mesa Indo’na” dengan tujuan untuk meningkatkan kemandirian ekonomi Masyarakat Adat Bau, terutama dalam sektor peternakan sapi.
Zebulon Dedi, perwakilan AMAN Toraya, menyatakan bahwa pembentukan KUMA ini merupakan bagian dari program kerja AMAN. Menurutnya, wilayah adat Bau memiliki potensi besar dalam pengembangan peternakan sapi. “Bau adalah salah satu wilayah adat yang menjadi penyuplai sapi terbesar untuk daerah Endrekang dan sekitarnya,” jelasnya seperti dikutip dari rilis resmi AMAN, Kamis (26/9/2024).
Namun, Zebulon menambahkan, banyak Masyarakat Adat Bau yang merasa tidak puas dengan harga sapi yang terlalu murah. Hal ini menjadi salah satu alasan kuat bagi Ketua Masyarakat Adat Bau, Maksi Balalembang, untuk meminta pembentukan KUMA guna membantu peternak mendapatkan harga pasar yang lebih adil. “Permintaan tersebut langsung kami tindak lanjuti. Hari ini KUMA resmi dibentuk di wilayah adat Bau,” ungkap Zebulon.
Pembentukan KUMA ini juga dihadiri oleh sejumlah tokoh adat, pengurus BUMMA, serta para peternak sapi. Zebulon menuturkan bahwa KUMA Mesa Indo’na tidak hanya akan fokus pada peternakan sapi, tetapi juga pada sektor pertanian, perkebunan, dan sumber daya alam lainnya. “Semua akan dikelola secara bertahap, dengan harga yang tidak merugikan masyarakat,” tegasnya.
Brian Carlon, dari pengurus BUMMA, menyoroti potensi wilayah adat Bau sebagai penyuplai utama daging sapi untuk Kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara. Ia berharap KUMA Mesa Indo’na dapat menjadi penyokong utama dalam memenuhi kebutuhan daging sapi di kedua kabupaten tersebut. “Ini peluang besar bagi pengembangan KUMA di Bau,” ujarnya.
Namun, tantangan tidak sedikit. Silwanus Rengo, seorang peternak sapi di wilayah adat Bau, mengungkapkan bahwa musim kemarau panjang menjadi kendala utama bagi para peternak. Ia menyebut kemarau berkepanjangan menyebabkan sungai mengering dan rumput mati, sehingga banyak ternak yang kelaparan dan mati. “Tahun lalu, sekitar 300 ekor sapi mati karena kekeringan,” kata Silwanus.
Dengan adanya KUMA Mesa Indo’na, Ketua Masyarakat Adat Bau, Maksi Balalembang, berharap pengurus yang telah terpilih dapat bekerja maksimal dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat adat dan menjadi penyuplai daging sapi untuk Kongres AMAN yang akan digelar pada 2027 di Toraya. Bartholomeuz Patola, Ketua KUMA Mesa Indo’na, juga meminta dukungan dari semua pihak. “Kami berharap dukungan dari berbagai stakeholder untuk bersama-sama meningkatkan kesejahteraan Masyarakat Adat Bau,” tutupnya.