2 Perspektif Kunci dalam Melihat Efektivitas Dana Desa untuk Kemandirian Desa
Berita Baru, Jakarta – Dana desa adalah dana yang dialokasikan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk mendorong pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa.
Dana desa bersinggungan langsung dengan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat desa, sehingga untuk menilai sejauh mana efektivitasnya adalah suatu kepentingan tersendiri.
Menurut Muhammad Ashari, Koordinator Provinsi Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (Korprov P3MD) Jawa Timur, berdasarkan ukuran yang dipakainya, sejauh ini dana desa sangat efektif untuk membangun desa.
Hal ini ia sampaikan dalam Podcast Millenial Talk Beritabaru.co dengan tema “Kemandirian Desa, Mungkinkah?” yang dihadiri pula oleh Alfin Mustikawan dari Kampus Desa Indonesia, Jumat (1/10).
Arie, sapaan akrabnya, menegaskan bahwa jalanan di desa-desa di Jawa Timur belakangan ini yang bagus adalah contoh dari efektivitas dana desa untuk pembangunan desa.
“Bahkan sekarang akses ke sawah-sawah sudah dibuka. Truk-truk bisa masuk langsung ke persawahan yang tentunya ini manfaatnya jelas bisa dirasakan masyarakat,” ungkapnya.
Hal lain yang dicontohkan Arie adalah ihwal dana desa untuk Bantuan Langsung Tunai (BLT). Di beberapa desa di Jawa Timur, dana desa dimanfaatkan sebagai BLT.
BLT tersebut dialokasikan bagi mereka yang terdampak pandemi. Jadi, lanjutnya, di luar BLT dari Kementerian Sosial dan Kementerian Ketenagakerjaan, ada juga BLT Dana Desa.
“Sepanjang alokasinya ini untuk mereka yang kehilangan pekerjaan akibat pandemi, seperti para penjual di sekolah dan semacamnya,” ujarnya dalam diskusi yang dipandu oleh Novita Cristiani ini.
Sementara itu, bagi Alfin Mustikawan dari Kampus Desa Indonesia, untuk melihat efektivitas dana desa siapa pun tidak bisa hanya dengan satu perspektif.
Menurutnya, dari perspektif yang tampak, apa yang disampaikan Arie di atas bisa diterima dalam arti dana desa memang sudah efektif.
Namun dari perspektif sebaliknya, yang tidak tampak, adalah terburu-buru jika menyebut dana desa sudah sangat efektif untuk pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa.
Alfin menjelaskan, maksud dari perspektif yang tampak adalah aspek material seperti jalan, jembatan, gorong-gorong, dan semacamnya.
Adapun perspektif yang tidak tampak merujuk pada kesadaran dan pola pikir masyarakat, seperti kesadaran tentang pembangunan berkelanjutan, pendidikan, cita-cita yang tinggi, dan semacamnya.
“Yang kedua ini susah diukur. Jadi, susah untuk berkomentar di sini. Tapi betapa pun, ini lebih mendasar menurut saya,” tegas Alfin.
“Yang jelas, bicara efektivitas, bicara dua hal: yang tampak dan yang tidak tampak,” imbuhnya.
Dalam diskusi yang ditayangkan langsung via kanal Youtube Beritabaruco ini pun, Alfin menegaskan bahwa dana desa bukanlah satu-satunya penunjang terbangunnya desa mandiri.
Dana desa hanyalah sistem pendukung agar desa di Indonesia bisa lebih mandiri secara sosial dan ekonomi, sehingga bisa tutur membantu pembangunan di skala nasional.
“Meski demikian, dana desa tetap bisa mendorong adanya kesadaran dan terpenuhnya kebutuhan di desa dan menjadi katalisator terwujudnya cita-cita desa,” pungkasnya.