Wahid Foundation Bersama AGPAII Gelar Webinar Ide Kreatif Penerapan Budaya Damai
Berita Baru, Jakarta – Wahid Foundation bersama Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia (AGPAII) mengadakan diskusi lewat program Community Talk, yang disiarkan secara live di kanal Youtube Wahid Foundation dan Zoom Meeting, Jumat, 20/11.
Acara ini mengangkat topik tentang cara-cara penerapan prinsip-prinsip Sekolah Damai melalui sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang efektif diterapkan oleh para guru melalui Daring. Dibungkus dengan tema “Ide Kreatif Penerapan Budaya Damai di Sekolah dalam Pembelajaran Jarak Jauh”.
Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia (DPP AGPAII) Mahnan Marbawi dalam pemaparannya menyampaikan betapa pentingnya peran guru di era digital saat ini adalah menanamkan nilai, menjadi teladan, personal approach, dan menanamkan keikhlasan kepada para siswa.
Lebih lanjut, Mahnan mengungkapkan ada enam tanggung jawab sebagai nilai-nilai yang harus ditanamkan kepada para anak didik. Pertama, tanamkan tanggung jawab kepada Allah. Kedua, tanamkan kepada anak didik tanggung jawab kepada dirinya sendiri. Ketiga, tanamkan kepada anak didik bagaimana mereka punya tanggung jawab kepada orang tua dan masyarakat. Keempat, tanamkan kepada anak didik tanggung jawab kepada lingkungan. Kelima, tanamkan kepada anak didik tanggung jawab kepada negara untuk mencintai tanah air. Keenam, tanamkan kepada anak didik bagaimana mereka belajar untuk menegakkan keadilan.
“Secara khusus nilai-nilai tersebut tujuannya adalah melahirkan manusia-manusia yang humanis dan teosentris,” ujarnya.
Pada sesi selanjutnya,Konsultan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) Setiyo Iswoyo mengatakan,bahwa tugas guru di era pandemi ini memang berat. Selain dihadapkan dengan tantangan kejenuhan dalam proses PJJ ini, baik itu siswa maupun para guru bisa terjebak dalam situasi kejenuhan. Tantangan lain yang harus berpikir keras untuk memberikan pendidikan karakter yang biasanya bisa dicontohkan melalui afektivitas di kelas.
“Dua hal yang menjadi kontekstual pada saat ini adalah, Pertama, Covid-19. Materi-materi yang para guru kaitkan paling tidak kontekstual dengan Covid-19. Boleh sedikit membahas terkait bagaimana cara pencegahannya, tetapi dorong anak didik untuk terus mencari solusi dan menjadi pribadi yang optimis. Kedua, pentingnya pendidikan budaya sekolah damai. Saat ini budaya sekolah damai sangat penting digaungkan karena ada hal kontekstual yang bisa melatarbelakanginya yaitu asesmen nasional,” terang pria yang karib disapa Pak Is ini.
Lebih lanjut menurut Pak Is, pemerintah sedang mendorong asesmen nasional untuk pendidikan karakter dan prinsip-prinsip Sekolah Damai sangat relevan untuk memenuhi kriteria asesmen nasional tersebut. Menurutnya, ada dua aspek yang melatarbelakangi asesmen nasional yaitu yang pertama adalah survei karakter. Survei karakter akan mendorong anak didik memiliki profil pelajar pancasila yakni nilai-nilainya adalah beriman dan bertakwa serta berakhlak mulia, berkebinekaan global, gotong royong, bernalar kritis, mandiri, dan kreatif.
Selanjutnya yang kedua adalah survei lingkungan karakter. “Jadi hari ini pembelajaran tentang nilai-nilai damai, pembelajaran tentang budaya sekolah damai mendapat momentum yang luar biasa, karena itu akan menjadi bagian yang akan diukur oleh negara,” tandas Pak Is.
Pak Is menambahkan, bahwa pembelajaran budaya damai tidak hanya untuk anak-anak ketika sedang melakukan tes kelulusan di sekolah.
“Tapi ini akan menjadi satu kebutuhan agar anak-anak Indonesia menjadi pribadi yang senantiasa cinta Indonesia, cinta dengan NKRI, dan pada saat yang bersamaan bisa hidup harmoni dalam beragama lingkungan dan kondisi,” pungkas Pak Is.
Diskusi yang berlangsung selama dua jam penuh ini dipandu oleh Wakil Bendahara Dewan Pengurus Pusat (DPP) AGPAII Yayuk serta dua narasumber yaitu Konsultan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) Setiyo Iswoyo, dan Ketua DPP AGPAII Mahnan Marbawi dan diikuti oleh 500 peserta webinar yang berasal dari anggota AGPAII seluruh Indonesia dan beberapa dari kalangan umum.