Para Pemimpin Regional Afrika Timur Tuntut Gencatan Senjata di Kongo Timur
Berita Baru, Internasional – Para pemimpin regional Afrika Timur telah memperbaharui seruan mereka untuk gencatan senjata segera oleh semua pihak dalam konflik di Republik Demokratik Kongo bagian timur yang membuat militer negara itu melawan kelompok pemberontak yang dituduh pemerintah didukung oleh Rwanda.
Pada pertemuan puncak di ibu kota Burundi, Bujumbura pada hari Sabtu (4/2/23), para pemimpin blok Komunitas Afrika Timur (EAC) regional memerintahkan “gencatan senjata segera oleh semua pihak,” menurut pemberitahuan resmi yang dikeluarkan pada akhir pertemuan.
“KTT menegaskan kembali seruannya kepada semua pihak untuk mengurangi ketegangan,” bunyi pemberitahuan tersebut, sebagaimana dikutip Reuters, Minggu (5/2/23).
Kelompok pemberontak M23 telah merebut sebagian besar wilayah provinsi Kivu Utara DRC timur dalam serangan cepat sejak 20 Oktober yang mengancam ibu kota provinsi, Goma.
Konflik tersebut telah mengobarkan ketegangan regional. DRC menuduh tetangganya Rwanda mendukung dan mensponsori pemberontakan yang dipimpin Tutsi.
Pakar PBB dan kekuatan Barat juga menuduh Rwanda mendukung M23. Namun Rwanda membantah terlibat.
Pertemuan hari Sabtu adalah upaya diplomatik terbaru untuk mencoba mengakhiri konflik, yang telah membuat sedikitnya 520.000 orang mengungsi sejak Maret 2022 di Kivu Utara.
Awal pekan ini, Paus Fransiskus mengunjungi DRC dan menyerukan diakhirinya kekerasan.
Para pemimpin daerah telah menengahi sebuah kesepakatan pada bulan November di mana para pemberontak dimaksudkan untuk menghentikan tembakan dan menarik diri dari posisi yang baru saja direbut pada tanggal 15 Januari, tetapi tidak ada penarikan yang dilakukan.
Sebuah laporan internal PBB mengatakan para pemberontak melanggar ketentuan gencatan senjata dan penarikan.
KTT hari Sabtu dihadiri oleh kepala negara dari Rwanda, DRC, Uganda, Kenya, Tanzania dan Burundi serta pejabat senior lainnya dari wilayah tersebut.
Mereka juga menuntut penarikan semua kelompok asing dan bersenjata dari DRC dan meminta kepala militer daerah untuk bertemu dalam waktu satu minggu dan menetapkan jangka waktu penarikan.
Pada 27 Januari, pemberontak M23 menguasai kota Kitshanga di wilayah Masisi dan menguasai jalan baru, semakin mengisolasi ibu kota provinsi Goma.