Yield Bonds AS Alami Peningkatan, Ini Kata Sri Mulyani
Berita Baru, Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, spekulasi mengenai akan munculnya tekanan inflasi akibat demand side yang begitu kuat menyebabkan kenaikan dari US Treasury 10 tahun yang mempengaruhi pasar keuangan di dalam negeri.
“Akibatnya, kita lihat yield dari US Bonds Indonesia maupun emerging market lainnya meningkat, semua negara yieldnya mengalami kenaikan,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KITA secara virtual, Selasa (23/3/2021).
Sri Mulyani menyebut, yield Surat Berharga Negara (SBN) mengalami kenaikan 11 persen. Namun demikian, angka ini relatif lebih kecil dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya.
Sri Mulyani menuturkan, US Treasury sendiri yang tadinya di 0,92 persen meloncat menjadi 1,7 persen atau mengalami kenaikan 85 persen.
Sementara, di Brasil mulai Januari 2021 hingga 19 Maret 2021 mengalami kenaikan dari yield mereka adalah mencapai 29 persen. Filipina naik 48 persen dari 1,53 persen ke 2,27 persen. Rusia bahkan melonjak 29 persen.
“Hal ini juga dapat mempengaruhi seluruh sentimen dunia. Meskipun Gubernur Bank Sentral Amerika atau The Federal Reserve, Jerome Powell mengatakan pihaknya akan tetap mempertahankan rate di 0,25 persen sampai 2023,” ujar Sri Mulyani.
Namun, kata Sri Mulyani, market melihat lebih kepada indikator ekspektasi inflasi yang diperkirakan naik, di mana sekarang diperkirakan spekulasi atau ekspektasi inflasi akan mencapai di atas atau di sekitar 2 persen atau melewati batas 2 persen.
“Ini adalah dinamika yang harus kita terus waspadai terutama tren dari pemulihan ekonomi dunia dan dampaknya dari sisi policy adjustment yang berpotensi memiliki still over kepada seluruh perekonomian dunia termasuk Indonesia,” tandas Sri Mulyani.