Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Perlambatan Ekonomi

Wajah Ekonomi Kita di Tengah Pandemi



Wajah Ekonomi Kita di Tengah Pandemi

Badiul Hadi

Manager Riset Seknas Fitra


Pandemi Covid-19 (Corona) mengancam stabilitas ekonomi dunia, tak terkecuali perekonomian Indonesia. Dan berimbas pada perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional, inflasi dan defisit anggaran negara. Perlu adanya upaya penyelamatan dan pemulihan perekonomian termasuk dunia usaha dan masyarakat yang terdampak. Secara lebih luas, resesi dunia tidak bisa lagi dielakkan. Bahkan negara-negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia, Amerika Serikat, China, India, Prancis, dan Brazil juga disibukkan dengan aktivitas menghentikan persebaran corona dan penanganan ekonomi.

Persebaran corona telah menjangkiti lebih dari 200 negara, dan krisis ekonomi sudah didepan mata. Banyaknya negara yang menerapkan lockdown menjadi sinyalemen perekonomian dunia akan mengalami guncangan yang sangat kuat. Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan kerugian akibat pandemi virus Corona (Covid-19) akan mencapai 9 triliun dollar AS pada 2020-2021, atau setara Rp 144.000 triliun (kurs Rp 16.000 per dollar AS). Angka yang bombastis. Karena itu, seluruh elemen harus bahu-membahu melawan Corona. Semakin lama corona mewabahi dunia, maka semakin remuk kondisi perekonominan dunia.

Yang paling mengkhawatirkan krisis akan menghantam sektor riil yang saat ini menjadi tumpuan hidup sebagain besar masyarakat dunia, termasuk Indonesia. Sektor itu diantaranya usaha mikro kecil menengah (UMKM) dan sektor pariwisata. Negara-negara yang memiliki ketergantungan pada sektor pariwisata akan mengalami dirupsi yang luar biasa. Sementara itu, negara berkembang seperti Indonesia akan mengalami pelambatan pertumbuhan ekonomi, investasi tidak akan berjalan sesuai harapan, modal asing akan banyak keluar karena kekhawatiran pada kondisi ekonomi global, dan tekanan mata uang. 

Kondisi diatas, menggambarkan kepada kita semua bahawa dampak yang ditimbulkan oleh corona ini bukan isapan jempol. Pertanyaannya kemudian adalah, bagaimana kondisi perekonomian Indonesia di tengah pandemi corona? Pertanyaan ini terdengar sederhana, namun sulit untuk dijawab ditengah ketidakpastian kondisi. 

Perekonomian Indonesia

Ancaman dampak corona ini akan sangat lama, terlebih bagi negara seperti Indonesia. Namun, dalam catatan sejarah perekonomian Indonesia memiliki daya tahan yang baik meski gempuran resesi dunia yang hebat. Krisis dunia selama ini, mampu dihadapi oleh Indonesia, bahkan diprediksi Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi baru dunia. Tahun 2023 diprediksi perekonomian Indonesia masuk daftar 6 negara dengan ekonomi kuat dunia. Tidak cukup disitu, tahun 2030 Indonesia diprediksi akan menjadi negara kekuatan ekonomi terkuat ke 4 mengalahkan Brazil dan Inggris.

Sayangnya krisis dampak dari corona tidak seperti krisis-krisis sebelumnya dimana sektor riil seperti UMKM tidak terdampak. Bahkan diyakini pada krisis-krisis ekonomi yang lalu UMKM sebagai juru selamat bagi perekonomian Indonesia, karena sektor formal yang terdampak secara langsung. krisis kali ini, juru selamat perekonomian Indonesia justru tergoncang hebat, karena UMKM yang paling terdampak, bahkan banyak gulung tikar karena aktivitas ekonomi mandek.  

Perekonomian Indonesia mengalami kotraksi, tercermin banyak pemutusan hubungan kerja (PHK) atau kalau tidak boleh dengan istilah tersebut kita bisa menggunakan istilah “dirumahkan”, angka pengangguran akan meningkat bahkan diprediksi Indonesia akan menerima pengangguran baru sebanyak 3 juta orang sampai dengan 8 juta orang. Dan kondisi ini juga dibarengi jumlah penduduk miskin, diperkirakan lebih dari 6 juta orang miskin baru dampak dari corona.

Terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) merilis bahwa pertumbuhan ekonomi mengalami pelambatan, pada semester I 2020 pertumbuhan ekonomi Indoensia sebesar 2,97 persen, sementara pada semester I 2019 pertumbuhan ekonomi Indonesia diangka 5,07 persen. Perekonomian Indonesia mengalami kontraksi sebesar 2,41 persen. Pertumbuhan ekonomi menurut lapangan usaha ditopang oleh jasa keuangan dan asuransi yang paling rendah sektor pertanian. Jika dilihat dari sisi pengeluaran kontribusi terbesar pengeluaran konsumsi pemerintah sebesar 3,74 persen.

Dengan situasi diatas, pemerintah perlu melakukan upaya yang lebih serius, terutama dalam penanganan setidaknya untuk jangka menengah. Pemerintah perlu melakukan akselarasi bantuan kepada masyarakat miskin dan sektor riil yang saat ini mengalami guncangan. Pemerintah perlu membangun ketahan ekonomi nasional, dengan membangun ketahanan ekonomi berbasis masyarakat atau komunitas. Menghidupkan kembali lumbung pangan komunitas, pasar komunitas, dan usaha bersama komunitas. Karena ketahanan ekonomi berbasis komunitas inilah sebenernya yang menjadi identitas bangsa.