Tumbuhkan Sifat Ta’ashshub, Cak Gugus Temui Tokoh-tokoh NU
Berita Baru, Jakarta – Beberapa Minggu ini, Gugus Joko Waskito yang biasa di panggil Cak Gugus seringkali sowan dan silaturrahim kepada tokoh NU baik struktural maupun kultural di Mojokerto.
Ta’ashshub tersebut dimulai dari pertemuannya dengan Ketua PCNU KH. Abdul Adhim Alawy, berkunjung ke Ketua Muslimat NU Dra. Hj. Istatik Rodliyah, MA maupun pertemuannya dengan Ulama NU Mojokerto seperti KH. Mansyur Jolotundo Trawas, KH. Muslikh Pacet, KH. Ali Mas’adi Mojosari dan beberapa Kyai dan tokoh NU yang lain.
Pertemuan Cak Gugus dengan Ulama NU dan tokoh NU Mojokerto tersebut tidak sedikit yang menduga dan menafsirkan bagian dari agenda politik menjelang Pilkada langsung Kabupaten Mojokerto 2020 mengingat Cak Gugus namanya sering disebut sebagai bakal Calon Bupati/Wakil Bupati yang potensial dan cukup di kenal oleh masyarakat Mojokerto.
Dugaan tersebut cukup beralasan mengingat massif nya Cak Gugus dalam melakukan kegiatan Silaturrahim kepada tokoh NU di Mojokerto.
Saat di tanya tentang hal itu, dengan santai Cak Gugus menjawab bahwa siapa pun bisa menafsirkan apapun ketika momentum politik sedang atau akan berlangsung, termasuk di Mojokerto. Tapi, saya sebagai kader NU, saya yang pernah nyantri, sudah menjadi salah satu rutinitas dan kewajiban untuk menjaga silaturrahim dan tawadlu’ kepada ulama. Kata Cak Gugus yang aktif sebagai Pengurus Pusat Jam’iyyah Qurro’ Wal Huffadz (JQH) NU dan Pengurus Pusat Ikatan Sarjana NU (ISNU).
Apalagi sebagai Kader NU, sudah jelas salah satu dari 9 Perintah Kader Penggerak NU adalah: Mengunjungi dan Mendatangi (silaturrahim) para ulama, kyai dan tokoh masyarakat yang mempunyai semangat berjuang untuk NU dalam menjaga Ahlussunnah Wal Jama’ah dan NKRI. Selain itu, sebagai Kader NU, Cak Gugus mengingatkan tugas Kader NU apalagi yang sudah pernah mengikuti Pelatihan Kader Penggerak NU, tentunya sangat paham apa tugas dan kewajibannya sebagai Kader Penggerak.
Tidak hanya itu, Cak Gugus berpendapat bahwa saat situasi bangsa dan negara seperti saat ini yang teramat penting adalah bagaimana menumbuhkan sifat “TA’ASHSHUB” (fanatik) kepada NU dan NKRI. TA’ASHSHUB (fanatik) yang positif tentunya, yang artinya ukuran fanatisme yang sama terhadap agama dan fanatisme kepada negara dalam hal kesetiaan terhadap Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 1945. Kita harus jaga sifat ini sebagai bentuk komitmen kita terhadap NU dan Aswaja. Itu jauh lebih penting daripada sekedar dukung mendukung kandidat dalam Pilkada.
Sedikit pun tidak ada ambisi saya untuk harus ikut serta dalam kontestasi Pilkada Kabupaten Mojokerto 2020, tapi sebagai kader NU saya sedang berikhtiar bagaimana merajut semua komponen NU, mengajak warga NU di Mojokerto tentang bagaimana kader NU yang memang asli dan murni kader bisa diberikan amanah dan kesempatan memimpin Mojokerto setelah sekian lama NU hanya dijadikan obyek bukan sebagai subyek.
Jujur saja saya sudah melakukan konsolidasi dan pertemuan dengan berbagai Partai Politik. Di PPP saya sudah jelaskan dan konsolidasikan karena saya sebagai Wasekjen DPP PPP, dengan kawan kawan PKB saya juga sudah bertemu dan komunikasi intens, semangatnya sama yaitu bagaimana komponen NU bisa bersatu untuk memperkokoh NU dan ikut serta dalam kontestasi Pilkada Mojokerto 2020. Kalau semangat ini tumbuh, berkembang dan akhirnya menjadi sebuah komitmen yang sama, tidak sulit untuk merebut kemenangan dalam Pilkada Kabupaten Mojokerto 2020.
Di akhir obrolan, Cak Gugus mengingatkan kepada komponen NU di Mojokerto, baik struktural maupun warga NU untuk menghindari sifat pragmatisme dalam politik, dan meneguhkan komitmen menjaga nu dan ahlussunnah wal jamaah demi keutuhan negara kesatuan republik indonesia.