Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Swedia Menempati Peringkat Pertama Negara Ramah LGBT

Swedia Menempati Peringkat Pertama Negara Ramah LGBT



Berita Baru, Internasional – Menurut penelitian terbaru, tentang hak-hak gay di 150 negara, Swedia dinobatkan sebagai negara paling ramah LGBT di dunia untuk pelancong.

Indeks bahaya LGBTQ + dibuat dengan memberi peringkat ke 150 negara yang paling sering dikunjungi dengan menggunakan delapan faktor, diantaranya pernikahan sesama jenis yang dilegalkan, perlindungan pekerja, dan berdasarkan temuan jajak pendapat Gallup.

Setelah Swedia, Kanada berada di peringkat kedua, diikuti oleh Norwegia, Portugal dan Belgia. Inggris berada di urutan keenam teraman dalam daftar dan AS tidak masuk 20 besar.

Para peneliti, pasangan Amerika Asher dan Lyric Fergusson, yang menulis blog tentang ‘Tetap Aman Saat Berpergian’  mengatakan, salah satu alasan AS berada di nomor 24 adalah karena gay hak variasi dari satu negara ke negara lain.

Lyric Fergusson mengatakan: “Tidak ada perlindungan konstitusional yang luas untuk hak-hak LGBTQ + di bawah hukum federal  AS. Juga di beberapa negara, kaum muda LGBTQ + tidak memiliki akses informasi yang terbuka karena adanya undang-undang homo no-promo. AS mungkin telah melangkah jauh, tetapi jauh juga dalam hal memberikan hak-hak LGBTQ +, terutama untuk kaum muda transgender.”

Pasangan itu mengakui bahwa beberapa indikator yang mereka lihat, seperti perlindungan pekerja dan pengakuan adopsi, tidak mempengaruhi pelancong secara langsung. Tetapi menunjukkan bahwa hak-hak yang diabadikan dalam hukum adalah indikasi keseluruhan yang baik dari sikap suatu negara.

Fergusson mengatakan dia dan suaminya terilhami untuk menyusun daftar untuk membantu komunitas LGBT dan meningkatkan kesadaran akan perlakuan yang sering kali mengerikan terhadap para LGBT di banyak negara di dunia. Mereka juga memasukkan tips dari gay, lesbian dan blogger trans.

Hubungan sesama jenis ilegal di 38 negara, dan dihukum mati di lima negara (Nigeria, Qatar, Yaman, Arab Saudi, dan Iran). Di beberapa negara, ilegal menjadi gay juga merupakan tujuan wisata populer, seperti Jamaika.

Di mana dalam survei pada 2013 terhadap 71 orang LGBT yang dilakukan oleh Human Rights Watch, lebih dari setengahnya mengatakan bahwa mereka telah menjadi korban kekerasan homofobik.

Studi tersebut mengatakan, “Mereka mencari negara-negara yang aman untuk bepergian sebagai trans dan gay, harus mempertimbangkan kembali tujuan liburan populer seperti Malaysia, Singapura, Maroko, Myanmar dan Mesir, serta tujuan pantai di Karibia seperti Saint Lucia dan Barbados.”

Mereka juga menunjukkan bahwa di beberapa negara di mana homoseksualitas sebenarnya tidak ilegal, perlakuan terhadap LGBT sangat buruk sehingga disarankan untuk berhati-hati atau sepenuhnya menghindari.

Negara-negara ini termasuk Cina, di mana mereka dalam sebuah kelompok dan even tertentu  dilarang. Sebagaimana undang-undang sensor sering digunakan sebagai legitimasi untuk menghapus konten LGBT online.

Rusia, tempat para aktivis meninggal atau hilang, dan orang-orang yang mengikuti hukum perkawinan gay Rusia dengan adanya surat tersebut terpaksa meninggalkan negara itu.

Indonesia, di mana hak-hak LGBT semakin dianggap sebagai ‘ancaman moral’ dan homoseksualitas dapat mengakibatkan penghinaan dan penangkapan publik.

“Dalam semua kasus, lakukan riset, periksa berita terbaru dan jika Anda merasa khawatir, pertimbangkan negara yang lebih ramah LGBTQ +.”

Pasangan itu juga mengakui bahwa bahkan di beberapa negara dari 70 negara di dunia di mana hubungan sesama jenis adalah ilegal, namun di kota-kota tertentu, daerah wisata dan resor tetap dapat ramah LGBT.

Awal tahun ini, sebuah laporan dari Williams Institute yang berbasis di California menganalisis sikap terhadap orang-orang LGBT di 174 negara untuk menghasilkan Global Acceptance Index (GAI).

Peringkat negara-negara yang tmenerima lebih mendominasi berdasarkan data survei historis. Ini menunjukkan tren positif secara keseluruhan menuju penerimaan yang lebih besar di 131 dari 174 negara selama periode 36 tahun.

“Negara-negara yang paling menerima telah mengalami peningkatan tingkat penerimaan; Islandia, Belanda, Norwegia, Kanada, dan Spanyol diperkirakan memiliki tingkat penerimaan tertinggi antara 2014-2017 dan semuanya telah meningkat pada tingkat penerimaan mereka. ”

Selebihnya, yaitu negara-negara yang tidak menerima, yang dipandang memiliki sikap yang semakin negatif terhadap orang-orang LGBT.

“Negara-negara yang paling tidak menerima pada tahun 2014-2017 adalah Ethiopia, Azerbaijan, Senegal, Tajikistan dan Somaliland, dan mereka masing-masing menjadi kurang menerima sejak 2000.” Kata laporan itu.

Sumber : The Guardian