Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Presiden Indonesi Joko Widodo dan Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva saat bertemu di KTT Pemimpin G20 Bali, Selasa 15 November 2022. Foto: AP Photo/Mast Irham.
Presiden Indonesi Joko Widodo dan Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva saat bertemu di KTT Pemimpin G20 Bali, Selasa 15 November 2022. Foto: AP Photo/Mast Irham.

Pertumbuhan Global Semakin Suram, Ini Pesan Bos IMF Kepada Para Pemimpin G20 Indonesia



Berita Baru, Jakarta – Saat berbicara pada sesi perdana KTT Pemimpin G20 di Bali pada hari Selasa (15/11), Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva mendesak para pemimpin G20 Indonesia agar Izinkan perdagangan melakukan tugasnya dan tidak membagi dunia menjadi blok-blok terpisah.

Dalam sambutan yang disampaikan pada KTT para pemimpin G20, Georgieva mengatakan bahwa 345 juta orang di dunia sekarang menderita krisis pangan akibat perang Rusia di Ukraina, inflasi tinggi dan bencana iklim. Dia mengatakan negara-negara G20 harus “mengizinkan perdagangan melakukan tugasnya.”

Georgieva menyerukan “menghilangkan hambatan”, terutama untuk makanan dan pupuk, untuk mengurangi penderitaan jutaan orang di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

“Menghilangkan penghalang, terutama untuk makanan dan pupuk, bisa sangat membantu melawan penderitaan ratusan juta orang,” kata Georgieva.

“Kita tidak boleh membiarkan proteksionisme berakar dan dunia hanyut ke dalam blok yang terpisah,” imbuhnya, dikutip dari Reuters.

Sebelumnya, pada Minggu (13/11), IMF mengatakan bahwa perkiraan pertumbuhan global “lebih suram” dari yang diperkirakan bulan lalu, turun menjadi 2,7% dari 2,9% yang diproyeksikan sebelumnya.

Georgieva menggarisbawahi bahwa ekonomi maju dan berpenghasilan menengah, yang telah merasakan manfaat dari perdagangan bebas, kini menghadapi risiko kontraksi ekonomi yang lebih besar, dibandingkan dengan negara lain.

Namun, kondisi ekonomi yang berlaku telah berdampak pada ekonomi berkembang dalam jangka pendek, katanya, karena banyak dari mereka menghadapi tingkat utang yang tinggi, depresiasi mata uang serta efek limpahan dari suku bunga tinggi yang disebabkan oleh upaya bank sentral untuk menjinakkan. inflasi ritel yang dialami di sebagian besar negara.

Georgieva lebih lanjut menandai masalah meningkatnya tingkat utang di negara berkembang sebagai tantangan global utama, mencatat bahwa 25 persen dari ekonomi pasar berkembang dan 60 persen dari negara-negara berpenghasilan rendah berurusan dengan tingkat utang yang tinggi.

Ekonom IMF juga mendesak pemerintah G20 untuk meningkatkan kerja sama untuk mengatasi kebutuhan pembiayaan iklim, terutama yang berkaitan dengan pengembangan pertanian tahan iklim dan pembangunan rendah karbon.