Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Simak Deretan Sengketa Perbatasan China dan Negara Lain

Simak Deretan Sengketa Perbatasan China dan Negara Lain



Berita Baru, Internasional – Sengketa wilayah antara China dengan negara-negara perbatasan terus memanas. Beberapa waktu konflik perbatasa China dan India kembali menyita perhatian dunia.

Sementara itu, China juga terus mengklaim atas sebagian besar wilayah di Laut China Selatan yang bersinggungan dengan teritorial sejumlah negara ASEAN.

Dilansir dari CNN Indonesia, berikut sederet kasus sengketa perbatasan China dengan negara-negara lain :

Sengketa Perbatasan dengan India

Perbatasan darat China dan India sepanjang 3.488 kilometer yang sebagian besar wilayahnya masih disengketakan antar kedua negara.

Pada tahun 1962 China dan India terlibat perang akibat memperebutkan dua wilayah di perbatasan, yakni Aksai Chin atau Ladakh dan wilayah Arunachal Pradesh.

Aksai Chin atau Ladakh merupakan sebuah area seluas 37.244 kilometer di utara India dekat dengan negara bagian Jammu dan Kashmir. Aksai Chin atau Ladakh merupakan daerah terpencil dan sebagian besar tidak berpenghuni.

Aksai Chin atau Ladakh merupakan bekas rute perdagangan kuno yang bisa menjadi jalan pintas menuju wilayah otonomi khusus China, Xinjiang, dan Tibet.

Hingga saat ini, kedua negara belum menyelesaikan sengketa di dua wilayah tersebut. Namun, pada tahun 1996, China-India sepakat membentuk daerah demarkasi untuk membagi rata wilayah yang disengketakan yang tertuang dalam Line of Actual Control (LAC).

Sengketa Pulau dengan Jepang

China juga memiliki sengketa wilayah kepulauan dengan Jepang. Beberapa waktu lalu China mengirim empat kapal penjaga pantai ke Kepulauan Senkaku di Laut China Timur yang diperebutkannya dengan Jepang.

Pengerahan kapal tersebut dilakukan China setelah Jepang mengajukan rancangan undang-undang yang mengubah status dan nama kepulauan tersebut.

Kedua negara memang telah lama berebut kepemilikan atas kepulauan tak berpenghuni itu.

Menurut laporan South China Morning Post, Jepang mengambil kepulauan itu setelah China kalah perang pada 1894-1895.

Sengketa China dengan Korsel dan Korut

China dan Korea Selatan juga saling berebut sebuah pulau kecil yang lebih terlihat seperti batu karang yang terletak di Laut Kuning.

Batu karang itu bernama Leodo atau Parangdo di Korea Selatan, sementara China menamakannya sebagai Suyan Islet.

Kendati demikian, hukum maritim internasional menganggap batu karang tidak dapat diklaim sebagai teritorial suatu negara, namun China dan Korsel tetap memperebutkan wilayah dinilai berada di zona ekonomi eksklusif masing-masing.

Selain dengan Korsel, China juga masih memiliki sengketa zona ekonomi eksklusif dengan Korut.

Sengketa Laut China Selatan

Konflik Laut China Selatan merupakan salah satu sengketa wilayah terbesar China. Sebab, China harus berhadapan dengan sejumlah negara.

China berkeras mengklaim 90 persen wilayah di Laut China Selatan yang tumpang tindih dengan wilayah beberapa negara seperti Vietnam, Filipina, Malaysia, Brunei Darussalam, hingga Taiwan.

Klaim itu didasari China atas klaim sejarah yang telah dimentahkan oleh putusan arbitrase (PCA) pada 2016. Meski begitu, China terus memperkuat klaim atas perairan yang menjadi jalur utama perdagangan internasional tersebut.

China juga mengklaim seisi Laut China Selatan seperti Kepulauan Spratly yang disengketakan dengan Vietnam, Filipina, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Taiwan; Kepulauan Paracel yang disengketakan dengan Vietnam; dan Scarborough Shoal dengan Filipina.

Belakangan, China pun semakin memperluas klaim atas Laut China Selatan ke zona ekonomi eksklusif Indonesia di perairan Natuna. Pada awal 2020, puluhan kapal ikan China menerobos dan mengambil ikan di ZEE Indonesia dekat Natuna hingga memicu protes keras pemerintah.

Sengketa China dan Nepal

China juga memiliki sengketa perbatasan dengan Nepal. Departemen Penelitian Nepal menuding China merambah wilayahnya di bagian utara yakni distrik Humla, Rasuwa, Sindhupalchowk, dan Sankhuwasabha.

Namun, pemerintah Nepal tak memperluas tudingan itu terhadap China.

China dan Nepal juga kerap berselisih paham soal perbatasan kedua negara di Gunung Everest. Sejauh ini, China dipandang lebih aktif memberdayakan perbatasan di Gunung Everest.

Sengketa China dan Bhutan

Pada Juli 1959, bersamaan dengan aneksasi Tibet, tentara China turut menduduki beberapa wilayah Bhutan yang terdiri dari Darchen, Biara Labrang, Gartok, dan beberapa desa kecil di dekat Gunung Kailas.

Menurut pernyataan resmi Raja Bhutan, China dan Bhutan memperebutkan empat wilayah yang terdiri dari Doklam, perbatasan di pegunungan mulai dari Gamochen ke Batangla, Sinchela, dan turun ke Amo Chhu.

China dan Bhutan berebut kawasan seluas 89 kilometer persegi di Doklam. Kedua negara juga bersengketa soal lahan seluas 180 kilometer persegi di Sinchulumpa dan Gieu.