Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

SHHH – Ini Jess! | Puisi-Puisi: Irzi
Ilustrasi puisi: James Michal

SHHH – Ini Jess! | Puisi-Puisi: Irzi



SHHH—INI JESS! BAGIAN 9
: Hasan Aspahani

Duka Bluesette ibarat luka beset
yang digarami irama waltz. Ia lebih
perih menjalar pada tubuh ringkih

sastrawan renta—duda beranak dua
tatkala siut mulut janda kembang
sulut aum macan ompong selepas

tiga belas tahun molor di sudut
kandang tanpa daging tanpa
sungging senyum paling kuntum.

Luka sastrawan renta tak senilai emas
dua puluh empat karat. Ia malah larat
dalam sepi, buluk dalam lubuk, dekil

menjelma perkara gokil macam
unison vokal nona Elis Regina—
rancak & nandak berkawin siul

akor bes minor dari gitar hollow
paman Tielemans, wow!—hati
duda mana yang tak mellow

& karam ketika berlayar mencari
cinta paripurna pada sebentuk bianglala
yang terbungkus unyu pita merah muda.

2022

SHHH—INI JESS! BAGIAN 7
: Hasan Aspahani

Paman Herbie—pating seliwer, saban
pagi numpak delman rute Chicago
(Cilincing-Cakung via Bendungan Jago).

Setelah lelah jualan semangkah
beliau lekas ganti pilihan buah,
coba peruntungan dengan blewah

lokal kebun Pulo Lentut, sebab yang
ori dari Canteloupe Island kayaknya
udah susah dah—mafia impor bertingkah.

Paman Herbie—kemelekeran, perut begah
gegares blewah lokal, tapi beliau punya
kesaktian baru—kamuflase ala bunglon,

lewat satu jentik jari tangan kiri
bisa jadi menkosaurus alias maruk-urus
terus tinggal jentik jari kiri sekali

lagi, bila pengin kembali jadi kusir
delman rangkap tukang buah, rangkap
kepala suku nyang doyan jagal kepala

peang di dalamnya—kepala pemerintahan,
kepala Komisi Anti Rasuah, kepala roti buaya cokelat
sampai—kepala pundak lutut kaki (lu*ut lagi) ups!

shhh—saban hari, Paman Herbie selalu hepi.

2022

SHHH—INI JESS! BAGIAN 5
: Hasan Aspahani

Lewat jam malam, sebelum keluar rumah
jangan lupa balur minyak telon
biar angin tak masuk merisak badan.
Seperti untaian improvisasi jari tangan
kiri Monk, menekan tuts hitam piano
sepenuh hati, menginjak pedal piano

sepenuh hati, berhenti sejenak
sepenuh hati, berdiri di atas kursi
sepenuh hati, menari sepenuh hati,
kembali duduk & menekan tuts hitam
sebagai epistrophy yang diulang
ke sekian kali—Jalan terus, jangan berhenti

sampai pagi, sampai termometer
tak dapat mencatat dingin
yang tercetak dalam sajak—mas Goenawan.

Shhh—tadi malam—pergi keluyuran.

2022

SHHH—INI JESS! BAGIAN 3
: Hasan Aspahani

Barangkali

Bitches Brew dicuri
dari binatang jalang.

Bila Chairil berlari
membawa luka,
membawa bisa

maka Miles berlari
diseringai Voodoo,
diserapahi Feio.

Tapi mereka pasti
lebih tak peduli
ke pengikut, pencari suaka

puisi culun, musik manyun
Shhh—segala yang dikata
orang sekarang—cuma nampang!.

2022

SHHH—INI JESS! BAGIAN 1
: Hasan Aspahani

Suatu waktu, Miles
pernah nyap-nyap
dalam senyap—

Bakal ada masa
orang tua, tuli
tenggelam dalam sajak

sedang anak
muda, moody teriak
serentak, gengges

Shhh, dua muka
dalam satu sekuens
tiup ala Wayne Shorter

sempat bikin keder
kelihatan betul pada
jejak langkah si empu

yang dikata bijak
ibarat loncat bangsat
di kasur kapuk,

ia sunyi geliat
isap darah, dedah dana
In a silent way

Shhh—tentunya…

2022

SHHH—INI JESS! BAGIAN 8
: Hasan Aspahani

Dengus napas & celepas celepus cerutu
pipa tak berjenama dari mulut Mingus tak
henti meski jari kiri, tengah khusyuk mencekik

leher upright akustik bass untuk
sekadar memproduksi not pelik
pada komposisi Pithecantropus Erectus

—konon dapat buat singkat
tekdung tralala perut gadis tetangga.
Lain padang lain belalang, tatkala

Mingus kelar perkara erectusAh,um
maka presdir penyair (katanya)
masih berkutat di sekitar rehal rancap

nyaring—kering kurang licin, sonder
vaselin, cyiin!. Escebe disarankan agar
lebih rileks dengan dengar penuh album

The Black Saint & the Sinner Lady
(siapa tau esok sore bisa ketemu) kapakbaru yang gampang diajak sihka winka.

Shhh—ini masih jess lho!

2022

SHHH—INI JESS! BAGIAN 6
: Hasan Aspahani

Hoopla, Jassin tertegun
mengingat getun. Tinju
nya kepalang hantam

penyair bohemian kurus
tirus cum kelotokan.
Nini, Nini, berani ‘nggilani.

Datang dara, Hilang dara.
ibarat tenaga kuda:hoopla, Jassin membara

—”Eling Tong! Eling Tong!
Do nothing till you hear from me”
kesambet trem, baru kau tau—asem!

Chairil memang mau ngebekasin
lewat asap Accord, secokot sajak
tambah Jassin punya mata melotot

aku jadi elang, sekarang belah
belah gelombang
, balik pulang”macam dara, macam mana?

Shhh—roepanja tjinta, sebatas sigaret sadja.

2022

SHHH—INI JESS! BAGIAN 4
: Hasan Aspahani

Nyatanya Charlie Parker juga bisa baper
dirundung galau tak berkesudahan.

Suara Alto Saksofonnya terdengar sember
—just friends, lovers no more

disiram orkestra seksi gesek,
makin bengek itu isak tangis rek!.

Rupanya di belahan bumi yang lain
Sapardi muda bikin sajak atas kesedihan Bird

sajak liris itu nyaris bikin ngantuk
sayangku yang jauh, setipis garis

kawan atau dedemenan.

2022

SHHH—INI JESS! BAGIAN 2
: Hasan Aspahani

Chairil mirip Coltrane
mati muda pas
lagi jaya

teringat saya akan
sajak semangat
atau aku pada

versi lain, nyaris seperti
Giant Steps—revolusioner,
individualistis sekaligus satir.

Kedua perkara itu
ialah langkah megah
puting beliung yang

lebih dulu hadir
sebab memang belum
tentu—usia tua

sejajar dengan
karya raksasa, paling
(cuma upaya lari dari senja)

Shhh—sesederhana
mengingat perihal
yang kita suka.

2022


Irzi Lahir di Jakarta, 13 November. Eks gitaris Jazz yang banting setir nulis puisi jess. Puisi-puisinya dimuat di Majalah Digital Mata Puisi, Majalah Sastra Balai Bahasa Provinsi Banten “Kandaga”, laman sastra Buruan.co, Borobudurwriters.id, Tempo.co, Bacapetra.co, Sastramedia.com serta beberapa Antologi Puisi Nasional. Buku puisi pertamanya Ruang Bicara, 2019. Saat ini bergiat di Komunitas Budaya BetawiKita.