Sekitar 12 Ribu Warga Perbatasan Myanmar Kabur Akibat Gempuran Militer
Berita Baru, Internasional – Sekitar 12 ribu warga di perbatasan Myanmar dengan Thailand kabur dari tempat tinggalnya akibat gempuran junta militer pada 27-30 Maret, kata milisi Karen.
“Serangan udara membuat 12 ribu orang kabur dari desa-desa mereka dan menyebabkan krisis kemanusiaan besar,” demikian pernyataan milisi Serikat Nasional Karen (KNU) yang dikutip AFP, Sabtu (3/4).
Kekuatan berlebihan dengan melakukan pengeboman serta serangan udara tak henti menyebabkan menyebabkan kematian banyak orang, termasuk anak-anak, jelas Karen tentang ancaman junta.
Meski demikian, juru bicara junta militer, Zaw Min Tun, berdalih bahwa mereka hanya menggempur Brigade ke-5 KNU yang menyerang markas-markas militer dan menewaskan aparat.
“Kami juga hanya melakukan serangan di hari itu saja,” ujar Zaw.
Ia kemudian membahas bahwa junta militer juga sudah menandatangani kesepakatan gencatan senjata.
“Kami sudah menandatangani kesepakatan gencatan senjata nasional. Jika mereka mau mengikuti perjanjian itu, konflik semacam itu tak akan terjadi,” ucapZaw.
Militer memang mendeklarasikan gencatan senjata secara sepihak pada Kamis (1/4) lalu. Dalam kesepakatan sepihak itu, militer berjanji tidak akan menyerang kelompok etnis.
Namun, junta militer menegaskan bahwa mereka akan bertindak jika ada milisi etnis yang melakukan serangan terlebih dulu.
Junta mendeklarasikan sepihak gencatan senjata ini setelah sejumlah milisi etnis dari berbagai daerah perbatasan Myanmar menyatakan penolakan mereka terhadap kudeta militer.
Tak sekadar bicara, KNU bahkan sudah melancarkan serangan ke salah satu markas aparat pada awal pekan lalu. Militer pun balas dendam dengan melancarkan serangan udara ke Kayin, tempat KNU bermarkas.
Akibat gempuran itu, sekitar 3.000 warga kabur ke Thailand. Negara tetangga itu pun langsung meminta junta militer agar menghentikan kekerasan.