Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Sebuah mobil terendam air banjir di sepanjang Right Beaver Creek, setelah hujan deras seharian di Garrett, Kentucky, AS 28 Juli 2022. Foto: Pat McDonogh/USA TODAY NETWORK via Reuters.
Sebuah mobil terendam air banjir di sepanjang Right Beaver Creek, setelah hujan deras seharian di Garrett, Kentucky, AS 28 Juli 2022. Foto: Pat McDonogh/USA TODAY NETWORK via Reuters.

Sedikitnya 16 Orang Meninggal dalam Banjir Kentucky, Upaya Penyelamatan Berlanjut



Berita Baru, Kentucky – Dipastikan sedikitnya 16 Orang meninggal dalam banjir Kentucky timur, dan jumlah korban meninggal diperkirakan akan meningkat di saat tim SAR melanjutkan upaya penyalamatan.

“Berita buruknya adalah 16 kematian yang dikonfirmasi sekarang, dan orang-orang itu akan menjadi jauh lebih tinggi,” kata Gubernur Kentucky Andy Beshear saat siaran pers pada Jumat (29/7) pagi.

Beshear mengatakan korban tewas termasuk pria dan wanita lanjut usia, dan dua anak.

“Ini belum berakhir. Saat kami melakukan pencarian dan penyelamatan, masih ada bahaya nyata di luar sana. Air belum mencapai puncak di beberapa daerah dan tidak akan sampai besok,” katanya kepada wartawan, dikutip dari Reuters.

Derasnya aliran banjir melumat kota-kota dengan meluapkan anak sungai dan sungai di lembah dan cekungan di wilayah Appalachia Amerika Serikat.

Di samping itu, tanah longsor membuat orang terdampar di lereng curam dan puluhan ribu pelanggan padam pada Jumat sore.

“Semua orang di luar sana yang ketakutan, yang tidak bisa menghubungi salah satu kerabat mereka. Ponsel mati di banyak wilayah ini,” kata Beshear.

“Kami akan mencoba menghubungkan sebanyak mungkin orang,” imbuhnya.

Banjir tersebut dipicu oleh hujan “epik”, yang menumpahkan hujan setinggi 25 cm di daerah itu selama 24 jam, kata William Haneberg, seorang profesor ilmu lingkungan dan direktur Kentucky Geological Survey.

Heneberg juga menjelaskan bahwa daerah lereng bukit yang curam dan lembah yang sempit membuatnya rentan terhadap banjir, tetapi meningkatnya frekuensi dan tingkat keparahan banjir akibat hujan di Appalachia merupakan gejala perubahan iklim.

Peristiwa banjir “akan menjadi lebih ekstrem dan lebih sering, tetapi sulit untuk memprediksi seberapa ekstrem dan seberapa sering mereka akan terjadi di masa depan,” katanya kepada kantor berita Reuters.