Roronoa Zoro, Gambaran Maskulinitas dalam One Piece
Berita Baru, Manga – Banyak penggemar one piece mengidolakan Roronoa Zoro, sebagai karakter yang paling kuat setelah Luffy dalam kru bajak laut topi jerami. Tak sulit ditebak, bahwa anggapan tersebut bersumber dari ketangguhan Zoro melawan musuh-musuhnya. Tentu, masing-masing kru topi jerami memiliki karakter dan keahlian masing-masing yang keseluruhannya saling melengkapi satu sama lain. Namun di antara tokoh lelaki yang hadir dalam dalam one piece, Zoro dianggap paling ideal sebagai seorang lelaki. Ia digambarkan sebagai pria yang kuat, jujur, pemberani, dan setia.
Zoro pertama kali di perkenalkan dalam arc Shell Town dan bertemu dengan Luffy. Ia kemudian mendapatkan tawaran untuk bergabung bersama Luffy sebagai ahli pedang, sekaligus kru pertama kelompok bajak laut topi jerami. Meski awalnya menolak, namun akhirnya ia terima juga. Impiannya jelas, menjadi pendekar pedang nomor wahid di dunia. Dengan demikian, ia pun bertekad untuk bisa mengalahkan Shichibukai Dracula Mihawk.
Semakin sering ia menghadapi musuh, ia semakin kuat. Namun alih-alih memenuhi ambisi pribadinya sebagai ahli pedang utama dunia, ia justru memilih untuk memastikan bahwa kaptennya, Luffy, bisa mewujudkan mimpinya sebagai raja bajak laut dunia. Zoro juga selalu menyediakan diri menjadi pedang bagi kelompoknya.
Karakter Zoro sangat berbeda dengan Sanji yang berhati lembut. Zoro nampak agresif, dan selalu berfikir untuk menang ketika ia melawan musuh-musuhnya. Karakternya dibuat sebagai sosok yang berani dan selalu masuk dalam pertempuran lebih dahulu. Tanpa bermaksud meniadakan tokoh lainnya, Zoro, memang seorang pendekar yang tak takut mati.
Hingga episode negeri Wano, Zoro semakin tak terkalahkan. Kini ia bahkan dilabeli sebagai salah satu dari “Sebelas Supernova”. Kini Zoro memiliki nilai bounty sebesar 1,5 milliar Belly, sebelum memasuki pertempuran di Onigashima melawan salah satu kru Kaido, King. Jika ia memenangkan pertempuran, maka kemungkinanan besar harga buronan atau bountynya akan naik.
Namun, kendati kekuatan dan nilai bountynya naik, ia tak pernah menggunakan kekuatannya untuk melawan wanita dalam kru-nya. Hubungannya dengan Nami misalnya, Zoro bahkan cenderung mengalah dalam menghadapi Nami. Dalam kekesalannya menghadapi Nami, ia tetap peduli dan melindungi rekan-rekannya dari bahaya. Ia pun sepenuhnya mempercayai kemampuan Nami, sebagai ahli navigasi.
Sikap Zoro ini layaknya gentleman, yang memiliki kekuatan dan keunggulan namun tidak menggunakannya untuk bersikap kasar atau merendahkan kru lain khususnya kru perempuan seperti Robin dan Nami. Ia juga tetap mau disuruh-suruh Nami untuk melakukan banyak hal tanpa harus takut ego lelakinya, ego dirinya sebagai ahli pedang dunia turun. Hal ini tentu berkebalikan dengan banyak tokoh lelaki di One Piece atau dunia nyata yang menganut fragile masculinity yang selalu merasa perlu menjadi dominan, agresif, abusive, dan manipulative khususnya dalam bersikap terhadap perempuan.