Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Demonstran meneriakkan slogan-slogan selama rapat umum di depan bekas kedutaan AS memperingati ulang tahun penyitaannya tahun 1979 di Teheran, Iran. Foto: Vahid Salemi/AP Photo.
Demonstran meneriakkan slogan-slogan selama rapat umum di depan bekas kedutaan AS memperingati ulang tahun penyitaannya tahun 1979 di Teheran, Iran. Foto: Vahid Salemi/AP Photo.

Ribuan Warga Iran Peringati Pengambilalihan Kedubes AS 1979, Bendera AS dan Israel Diinjak



Berita Baru, Teheran – Pada hari kamis (4/11), ribuan warga Iran peringati pengambilalihan Kedubes AS 1979 dengan turun ke jalanan kota Teheran sambil meneriakkan “Matilah Amerika” dan “Matilah Israel” serta membakar bendera Amerika Serikat dan Israel.

Unjuk rasa yang diselenggarakan oleh pemerintahan Iran itu menandai pengambilalihan kedutaan yang memicu krisis penyanderaan selama 444 hari dan putusnya hubungan diplomatik antara AS dan Iran yang berlanjut hingga hari ini, sebagaimana dilaporkan Al Jazeera.

Peringatan seperti itu di Iran telah lama menjadi tempat menyuarakan sentimen anti-Barat, dan biasanya menjadi tempat kemarahan banyak orang.

Pada peringatan tahun lalu, pihak berwenang membatalkan acara tersebut karena pandemi COVID-19. Namun pada tahun ini, tepatnya pada Kamis (4/11), TV pemerintah Iran mengatakan 800 kota di seluruh Iran menggelar demonstrasi.

Kepala Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC), Jenderal Hossein Salami dalam pidato panjangnya mengecam agresi Amerika Serikat di Iran selama beberapa dekade terakhir.

Ia menyatakan bahwa “anak-anak bangsa ini akan berdiri dengan berani melawan kekuatan apa pun yang ingin merusak kepentingan” Iran.

Dalam pidatonya di depan orang banyak di luar gedung yang pernah menjadi tempat kedutaan AS, Salami memuji IRGC atas serangannya, menuduh AS mencoba “mengambil minyak kami” dan mendukung “bajak laut”.

“Kami serius dalam membela tanah air kami,” katanya, seperti dilansir dari Al Jazeera.

Pada unjuk rasa 1979, para mahasiswa Iran melemparkan bendera AS ke kerumunan yang berkumpul di luar kedutaan Amerika satu hari setelah mereka diserbu oleh mereka di Teheran pada 5 November 1979.

Ribuan Warga Iran Peringati Pengambilalihan Kedubes AS 1979, Bendera AS dan Israel Diinjak
Unjuk rasa 1979, para mahasiswa Iran melemparkan bendera AS ke kerumunan yang berkumpul di luar kedutaan Amerika satu hari setelah mereka diserbu oleh mereka di Teheran pada 5 November 1979. Foto: Kaveh Kazemi/Getty Images.

Orang-orang Iran yang berkumpul mengibarkan bendera dan mengangkat potret Jenderal Qassem Soleimani, komandan kuat yang terbunuh pada awal Januari 2020 dalam serangan pesawat tak berawak Amerika di Baghdad yang diperintahkan oleh Trump.

Sebuah bendera besar Amerika Serikat dikibarkan di jalan sehingga para pengunjuk rasa bisa menginjaknya.

Peringatan itu menandai hari dramatis ketika para mahasiswa garis keras Iran menyerbu penjaga dan mendorong ke kompleks kedutaan pada 4 November 1979, marah karena Presiden Jimmy Carter telah mengizinkan Shah Mohammad Reza Pahlavi yang diasingkan dan sakit parah untuk menerima perawatan kanker di AS.

Beberapa staf kedutaan melarikan diri dan bersembunyi di rumah duta besar Kanada untuk Iran sebelum melarikan diri dari negara itu dengan bantuan CIA, sebuah kisah yang diceritakan dalam film Argo tahun 2012.

Pada akhirnya, ketika Carter meninggalkan jabatannya, semua 52 diplomat Amerika yang ditahan dibebaskan.

Ketegangan yang telah lama memanas antara Amerika Serikat dan Iran kembali berkobar dalam beberapa bulan terakhir setelah pemilihan Presiden Iran Ebrahim Raisi di tengah upaya pemulihan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015 yang sekarang di ujung tanduk.

Setelah berbulan-bulan penundaan, Uni Eropa, Iran dan AS mengumumkan pada hari Rabu (3/11) bahwa pembicaraan tidak langsung untuk menghidupkan kembali kesepakatan akan dilanjutkan pada 29 November di Wina.

Dalam komentar yang disiarkan pada hari Kamis di TV pemerintah, Raisi menegaskan kembali bahwa Iran menginginkan pembicaraan nuklir ke depan hanya jika “berorientasi pada hasil” dan pihaknya akan “menentang tuntutan berlebihan yang dapat merusak kepentingan bangsa kita”.

Pada tahun 2018, Presiden Donald Trump saat itu menarik AS dari perjanjian penting itu dan memberlakukan sanksi berat kepada Iran.

Sanksi itu menjadi sebuah eskalasi yang memicu perang bayangan antara Iran dan Barat yang menargetkan pengiriman komersial dan mengguncang jalur laut penting di Timur Tengah hingga terjadinya serangkaian pembajakan dan ledakan, termasuk serangan pesawat tak berawak yang fatal awal tahun ini yang ditudingkan AS pada Iran.

Sebelumnya peringatan 42 tahun penyitaan kedutaan AS hari ini, pada Rabu (3/11) para pejabat AS mengatakan telah menyita sebuah kapal tanker minyak berbendera Vietnam di Teluk Oman bulan lalu dan masih menahan kapal itu di pelabuhannya.

Di pihak lain, Iran mengklaim bahwa pasukan komando IRGC telah menggagalkan penyitaan AS atas sebuah kapal tanker yang membawa minyak Iran di Teluk Oman dan membebaskan kapal tersebut.